Senin, 07 Januari 2019

10 Alasan Resolusi Tahun Baru Gagal Terpenuhi


Wah, ternyata waktu cepat berlalu, ya. Perasaan baru kemarin tanggal 1 Januari. Eh, sudah tanggal 1 Januari lagi. Aduh duh ... Benar kata orang bijak. Waktu laksana pedang. Kalau kita tidak memanfaatkan dengan baik, maka kita akan rugi. Dan yang pasti, waktu yang telah berlalu tidak dapat kembali lagi.

Ibarat kata, kalau kita tidak menghiraukan waktu selama 1 tahun saja, itu berarti kita telah menyia-nyiakan 31.536.000 detik. Bayangkan! Apa saja yang bisa kita lakukan dengan waktu sebanyak itu. Banyak sekali yang pasti. Belum juga peristiwa yang terjadi dalam kurun waktu itu. Baik suka maupun duka. Tentu akan banyak membekas di ingatan kita.

Saat tahun baru seperti ini, hampir di semua tempat ramai. Di jalan-jalan, di mall, bahkan di sosial media pun ramai. Bukan hanya ramai oleh netizen yang saling mengucapkan selamat tahun baru, tapi juga resolusi tahun baru.

Selamat datang tahun 2019. Apa kabar resolusi tahun 2018?
Sejauh yang saya tahu, resolusi bisa diartikan pernyataan tertulis. Jadi memang harus ditulis, ya. Biar kita selalu ingat apa yang menjadi target hidup kita dalam kurun waktu satu tahun itu. Akan lebih baik lagi jika kita memberitahukan resolusi tersebut ke orang-orang terdekat. Bukan karena niatan pamer, lho. Tapi dengan mereka mengetahui resolusi tahun baru kita di tahun ini, bisa jadi mereka akan membantu kita mewujudkannya. Memang secara tidak langsung sih, karena kitalah pelaku utamanya. Paling tidak mereka bisa memotivasi kita. Atau bahkan mengingatkan kita jika keluar jalur.

Rata-rata yang ditulis sebagai resolusi tentang hal yang baik-baik, seputar motivasi dan perbaikan diri. Misal, tahun ini saya ingin menjalani hidup yang lebih sehat, atau juga ingin menghabiskan stok bacaan di almari buku. Lalu, kenapa harus tahun baru?

Sebagian orang menganggap tahun baru adalah waktu yang tepat untuk memperbaiki segala sesuatunya, memulai sebuah perbaikan. Apalagi kalau rame-rame. Anda, orang terdekat, dan teman-teman, masing-masing memiliki keinginan yang ingin dicapai tahun ini . Etapi sebenarnya nggak harus saat tahun baru juga sih. Kalau memang niat mau perbaiki diri, bisa kapan saja. Tidak harus menunggu tahun baru, hehe

Seberapa penting membuat resolusi tahun baru?
Bagi saya pribadi, membuat resolusi tahun baru adalah penting. Bukan hanya sekedar daftar mimpi yang tak pernah mati. Meski dalam perjalananya, untuk mewujudkan semua itu tak semudah membalikkan telapak tangan. Harus ada usaha berdarah-darah dan juga air mata. Tapi tetap saja, resolusi tahun baru selalu saya buat setiap tahunnya. Karena bagi saya resolusi tahun baru adalah ...

Bentuk usaha memperbaiki diri. Selalu ada evaluasi dari resolusi tahun baru sebelumnya di setiap akhir tahun, atau paling tidak saat membuat resolusi tahun baru untuk tahun berikutnya. Hal-hal yang belum tercapai di tahun lalu bisa dimasukkan kembali di resolusi tahun baru ini.

Arahan tujuan selama satu tahun ke depan. Dengan membuat resolusi di awal tahu, saya punya pegangan apa saja yang ingin saya capai. Bukan hanya itu, resolusi akan jadi semacam pemandu untuk hal-hal yang ingin saya capai. Saya jadi tahu apa saja yang harus saya lakukan untuk mewujudkan resolusi tersebut.

Motivasi hidup. Kebayang nggak sih hidup tanpa adanya motivasi. Kek nya hidup masa bodoh dengan apa yang terjadi. Dan yang paling nggak banget, hidup tanpa motivasi itu sepeti tak punya keinginan untuk menjadi manusia yang lebih baik. Dengan adanya resolusi sebagai target pencapaian, saya termotivasi untuk menjadi manusia yang lebih baik. Dengan adanya motivasi dalam hidup, saya seperti memeliki energi dan semangat untuk menjalani hari. Betul nggak, sih?

Self Reminder. Resolusi adalah pengingat, bahwa saya masih punya cita-cita yang harus diwujudkan dalam satu tahun itu. Setahun itu bukan waktu yang seingkat lho, Gaes. Butuh napas panjang. Kalau nggak bisa putus di tengah jalan, hihi ... Karenanya, resolusi harus ditulis. Jadi bisa dibaca kapan saja. Terutama di saat-saat saya malas atau lagi nggak mood. Resolusi bisa menjadi pengingat yang kemudian membangkitkan semangat.

Evaluasi diri. Dengan membuat resolusi otomatis saya mengevaluasi diri saya. Apa sih yang kurang. Apa sih yang harus diperbaiki. Semua itu saya lakukan dalam rangka perbaikan. Seperti kata pepatah, orang yang hari ini sama dengan hari kemarin adalah orang yang merugi. Apalagi kalau sampai hari ini lebih buruk dari kemarin. Duh, nggak kebayang, deh.


Resolusi Gagal Terpenuhi? Coba Cek Berikut Ini!
Meski bukan patokan akan keberhasilan, namun nyatanya banyak lho orang yang menyusun resolusi tahun baru. Meski tidak sedikit pula yang gagal mewujudkannya. Haha ... Saya pribadi nggak mulus mulus amat kok saat menjalankan resolusi. Ada yang tercapai. Ada juga yang tidak. Lantas, apakah kalau gagal lalu saya mencoretnya dari daftar resolusi? Oh, tidak! Resolusi yang gagal akan saya masukkan ke dalam daftar resolusi tahun berikutnya. Dan sejauh pengamatan dan juga pengalaman, saya membuat catatan kecil mengapa saya bisa gagal meraihnya.

Kurang spesifik. Misal nih, salah satu resolusi saya adalah menurunkan berat badan. Dan saya hanya menulisnya demikian tanpa ada target nyata berapa kilogram berat badan yang ingin saya turunkan. Ini tentu kurang spesifik dan menjadikan saya kurang fokus. Satu atau dua kilo dalam setahun bisa juga dihitung sebagai penurunan berat, lho, haha ... Karenanya, resolusi harus spesifik. Saya ingin menurunkan berat badan 10 kilo, misalnya. Dengan begini kan jadi lebih fokus. Minimal 10 kilo. Lebih, juga boleh, hehe

Target melebihi kemampuan. Jangan paksakan memiliki target melebihi kemampuan. Bisa ngos-ngosan nanti. Kemampuan saya mengangkat beban 10 kilo, saya paksakan diri mengangkat beban 15 kilo. Wah, bisa bisa nggak keangkat itu beban. Dan besar kemungkinan akan gagal. Tuhan saja memberikan ujian dan cobaan sesuai kemampuan hambanya. Ya nggak, sih?

Terlalu berlebihan. Membuat resolusi itu baik, tapi nggak perlu berlebihan. Semisal, tahun ini saya ingin liburan ke ... Pluto. Haha ... Untuk mencapai puncak gunung tertinggi pun seorang pendaki harus melewati beberapa pos. So, nggak perlu langsung ke tujuan utama kalau memang itu berat (yang penting kamu kuat #eh), tapi bisa menargetkan dulu poin poin ringan yang lebih mudah diraih, yang akan membawa ke target utama.

Kebanyakan resolusi. Kebanyakan resolusi juga sebagai penyebab gagalnya tercapai resolusi. Fokus jadi ambyar. Tetapkan beberapa hal saja sebagai resolusi tahun ini. Yang lain disimpan dulu untuk tahun berikutnya. Nggak harus dikeluarga tahun ini juga. Pilih mana yang penting, laksanakan!

Tidak ditulis. Ini nih yang seringnya terlupa. Resolusi hanya di pikiran. Mungkin juga hanya dibatin dalam hati. Alhasil apa yang diresolusikan jadi terlupakan, feeling nya pun hilang. Karenanya, tulis resolusi! Kalau perlu buat seperti poster, lalu tempel di tempat yang mudah dilihat. Setiap saat daftar resolusi itu dapat dilihat. Kalau perlu orang lain pun bisa membacanya sehingga dapat membantu mengingatkan. Asyikkan kalau ada yang mendukung ^^

Kurang serius. Karena membuat resolusi ini sifatnya kesadaran dan sika rela, tak jarang pelakunya pun bersikap suka-suka. Memang sih tidak ada yang memaksa atau memberi hukuman kalau resolusi itu tidak terwujud. Inipulalah yang membuat sebagian orang tersebut terkesan menyepelekan. Kalau sudah begini, menyusun hanya jadi semacam tren. Ikutan ikutan saja. Ish ish ish ...

Suka menunda-nunda. Resolusi memang dibuat tahunan. Lama juga, kan. Ini yang menjadi alasan untuk menunda-nunda. Ah, mulainya besok aja deh. Itu awalnya. Kemudian ditunda lagi menjadi besoknya, lalu besoknya lagi hingga akhirnya lupa. Duh, emang ya, suka menunda-nunda ini kek penyakit. Tugas yang ditunda tetiba numpuk, atau bahkan lupa. Begitu mendekati deadline, jadi kelabakan. Haha ... Keknya saya pengalaman banget ini. Berasa curhat, wkwkwk

Menggebu di awal. Masih nyambung sama sikap menunda-nundan di atas. Resolusi yang awalnya sangat memotivasi, menggebu-gebu di awal, tetiba feelingnya hilang. Salah satu penyebabnya, ya karena tidak segera dilaksanakan. Bukankah lebih baik mulai melaksanakan resolusinya saat itu juga. Saat masih semangat-semangatnya, kan. Jangan tunggu nanti. Keburu males menyerang, lalu ogah-ogahan, hehe

Kurang disiplin. Disiplin itu memang berat, tapi lagi lagi, kamu harus kuat. Kalau mau berhasil, memang harus disiplin dalam membangun konsistensi. Konsisten untuk terus melangkah, meski step by step, ke arah tujuan. Jalan memang tak selamanya mulus. Ada saja halangan dan rintangan. Tapi itu bukan alasan untuk menyerah. Harus tetap semangat. Salah satunya ya lewat disiplin. Yakinlah. Hasil tak akan mengkhianati usaha. Betul?!

Bukan dari hati. Kalau ini sih dari awalnya niatnya sudah menyimpang. Hanya sekedar ikut-ikutan tren, biar dibilang trendi, hihi. Jangan begitu, dong. Menulis resolusi itu harus dari hati agar lebih tahu dan kenal, pinginnya apa dan gimana. Dengan begitu akan lebih mudah memetakan langkah. Dan semangatnya itu, lho ... beda! Antara keinginan dari hati dibanding dengan sekedar ikut biar trendi, haha

Nah, ternyata membuat resolusi itu memang gampang-gampang susah, ya. Apalagi usaha mewujudkannya. Etapi banyakan gampangnya kok dari pada susahnya. Asalkan niatnya benar, semangatnya nggak kendor, dan pantang menyerah pastinya. Selamat mewujudkan resolusi tahun ini!


~ Hana Aina ~


Baca juga, ya ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah berbagi komentar