Sabtu, 01 Oktober 2016

Semangat Berkarya Dalam KREASSO


Kreativitas adalah milik siapa saja. Tidak peduli dia orang dewasa, remaja, ataupun anak-anak. Bisa juga lelaki ataupun perempuan. Siapapun dapat memunculkan kreativitsnya masing-masing. Inilah salah satu yang menjadi dasar dilaksanakannya KreASSo, Kreasai Anak Sekolah Solo.

Mengambil tempat di Benteng Vasterburg, KreAsso diselenggarakan selama 3 hari, mulai dari tanggal 15 hingga 17 September 2016. Ada puluhan tenda putih berjajar di dalam beteng yang dibuka mulai pukul 9 pagi hingga pukul 9 malam.
Karena kurangnya publikasi, menjadikan acara ini tidak banyak diketahui oleh khalayak ramai. Apalagi acara ini diselenggarakan di dalam Benteng dengan mengambil pintu masuk sebelah timur, menjadikan acara ini tidak banyak ditahui orang, bahkan orang yang berlalu lalang di depan Benteng Vastenburg itu sendiri. Saya sendiri mengetahui acara ini karena mengantarkan keponakan saya yang kebetulan mendapatkan tugas dari sekolah. Tugasnya adalah mengunjungi setiap tenda yang ada di acara ini lalu meminta tanda tangan dari pihak penjaga tenda. 



Pintu masuk Beteng Vastenburg sebelah timur memang lebih tertutup dari pada sebelah barat. Pengunjung yang mengendarai sepeda motor ataupun mobil harus masuk ke dalam terlebih dahulu sebelum tiba di pintu gerbang utama. Suasana pintu masuk sebelah timur juga tidak seasri dan kurang tertata selayaknya pintu masuk sebelah barat. Untuk menuju tempat parkir, jalanannya masih berupa tanah berpasir dengan bongkahan batu dan kerikil. Kanan kiri jalan terkesan gersang dengan rerumputan kering. Hampir mirip dengan Savana, ya, hehe ^^
Dari pintu masuk utama, pengunjung akan melewati sebuah jalur yang menghubungkan dengan tempat acara. Ini semacam terowongan yang terbuat dari bilah bambu. Terowongan ini tidak tertutup sempurna. Jalinan antar bilah bambu sangat renggang. Namun bagi saya, ini menarik. Belum lagi hiasan yang menggantung di antara jalinan bambu. Ada banyak lempeng CD yang digantungkan di sana. Sisi CD yang berwarnna perak akan berkilauan saat teterpa sinar matahari. Wah, ini kreatif sekali. :D :D Banyak pengunjung yang tidak mau melewatkan momen berfoto di bawah terowongan ini, baik selfie maupun welfie.
Saat akan masuk ke tempat acara, pengunjung lagi-lagi akan melewati dua buah pohon beringin yang bersebelahan, kemudian setelahnya terdapat gapura. Kebetulan saya datang ke acara pada siang hari. Jadi, yeaah ... harus bergelut dengan sinar matahari menyengat. Tapi dengan adanya 2 pohon besar ini, lumayan sih ada tempat berteduh.



Banyak pengunjung yang duduk di bawah pohon. Bahkan tidak sedikit di antara mereka menjadikan akar pohong yang besar, yang muncul dari dalam tanah sebagai tempat duduk. Sambil menikmati es, mereka ngobrol dan bercengkerama. Kebanyakan dari mereka adalah pelajar yang telah mengunjungi tenda-tenda acara. Atau juga mereka yang memang sengaja hanya janjian dengan teman untuk main ke sana.
Begitu masuk ke arena acara, pengunjung akan disuguhi dengan panggung besar. Di depannya terdapat deretan kursi penonton. Sayangnya saya datang siang hari, saat panggung tersebut kosong. Karena acara-acara besar diselenggarakan malam hari. Jadi, saya hanya berjalan-jalan dari satu tenda ke tenda yang lain, yang ada di sisi kanan dan kiri panggung utama.
Masing-masing tenda adalah milik setiap sekolah yang ada di kota Solo. Sekolah yang terlibat tidak hanya jenjang SMU saja, namun juga SMP dan sekolah dasar. Di sini mereka mencoba memperkenalkan sekolah mereka berikut dengan hasil kreasi yang telah dibuat. Kebanyakan dari peserta mengambil tema budaya kearifan lokal. Namun ada pula yang mengambil tema lain, seperti daur ulang sampah dan juga kreasi siswa dari sekolah mereka sendiri.



Seperti yang dihadirkan oleh SMP Negri 23, SMU Negri 2, dan juga SMU Batik 1 ini. SMPN 23 mengetengahkan tema Tatah Sungging Kulit. Mereka membuat berbagai kerajinan tangan dengan bahan dasar kulit. Kulit ini diolah, kemudian dijadikan hiasan dinding, gantunagn kunci, dll. Pun dengan SMUN 3 yang mengambil tema Adiwiyata Berbasis Lingkungan. Di sini para siswa menghadirkan berbagai macam kerajinan tangan dengan bahan baku dari barang bekas. Barang yang sudah tidak terpakai disulap menjadi berbagai hiasan. 
Lain lagi dengan apa yang disuguhkan oleh SMU Batik 1. Sesuai dengan namanya, SMU Batik mengambil tema Batik Pelangi. Mereka memamerkan berbagai macam motif batik. Bahkan ada yang spesial lho di sini. Mereka memajang sebuah kostum karnaval bertema batik hasil rancangan mereka sendiri. Cantik, ya ^^


Di sisi yang lain, ada beberapa sekolah yang mengetengahkan tema pengolahan sampah dan barang yang sudah tidak terpakai menjadi sesuatu yang lebih berguna. Seperti SMPN 8 yang mengambil teman Pemilihan & Pengolahan Sampah. Di sini para siswa memamerkan sebuah mesin pengolah sampah. Sampah yang dimaksud di sini berupa dedaunan kering. Dedaunan kering ini pada akhirnya yang akan diolah menjadi pupuk kompos. Caranya adalah dengan mengumpulkan dedaunan kering kemudian memasukkannya ke dalam mesin hingga keluar menjadi remahan daun. Remahan inilah yang nantinya akan dicampur dengan bakteri lalu dibiarkan berfermentasi hingga menjadi kompos.
SMK Warga menghadirkan inovasi Mesin Industri. Beberapa mesin yang dipamerkan diantaranya adalah mesin pembuat pelet (makanan ikan) dan mesin pengolah limbah rumah tangga. Wah, andai banyak tekonologi pengolahan sampah dan barang tak terpakai ditemukan, lalu diaplikasi dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat, pasti hasilnya akan luar biasa. Volume sampah yang dihasilkan manusia akan terkurangi karena dapat diolah untuk dimanfaatkan kembali, ya ^^



Tidak mau kalah dengan peserta yang lain, SMUN 1 juga mengeluarkan hasil karya para siswanya. Mereka memamerkan hasil kerajinan tangan berupa gerabah dan beberapa motif kain hasil kreasi siswa.
Pun demikian dengan SD Muhammadiyah 2. Di stan ini para pengunjung dapat melihat hasil karya siswa dan siswi berupa kerajinan tangan. Nah, ada yang menarik di sini. Di tenda SD Muhammadiyah 2 ini, pengunjung diberi kesempatan untuk praktek langsung membatik. Di sini disediakan peralatan membatik seperti canting dan wajan. Selain itu juga sudah disediakan kelengkapannya berupa kain polos yang sudah digambar motif batik dan juga malam.
Beberapa pengunjung tidak mau melewatkan kesempatan ini. Terutama anak-anak. Mereka terlihat sangat antusias, mencoba menggambar batik dengan menggoreskan canting yang telah berisi ciran malam di atas kain.





Wah, bagus-bagus kreasi mereka, ya. Ini adalah salah satu hal positif yang dapat dilakukan siswa selain kewajiban mereka untuk belajar tentunya. Dari pada terbawa pada hal-hal yang tidak baik, justru seperti ini dapat mengasah kreatifitas. Siapa tahu kedepannya dapat membuat mereka sukses dengan hasil kreatifitasnya sekarang ^^



18 komentar:

  1. Mba Hana tuk event ini Uti cm sempat nonton pameran dn beli pohon salam,itu jg krn Utk ikut seminar LKSnya di tawang arum.oya smk solonjd juara umum loh..

    BalasHapus
  2. kreatif2 yah. Dulu aku jaman sekolah ga ada ekskul kreatifitas kaya gini. Padahal perlu yah sebenernya. Melatih anak2 berjiwa wirausaha. Banyak kan yg skr jadi eksportir di bidang kerajinan tangan kaya gini.

    Liputannya keren, mba hana.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyes. Semoga ini menjadai awal mereka untuk terus berkreasi ^^

      Hapus
  3. wah seru nih acaranya... melihat karya pelajar..indonesia... bangga dengan anak2 indonesia..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak. Siapa tahu di anatar mereka kelak akan penjadi pengusaha atau penemu ^^

      Hapus
  4. Seneng kalau lihat anak sekolahan kreatif begitu. Nggak melulu belajar di kelas, ggak melulu ngegalau di medsos. �� Makasih udah berbagi cerita ini ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Bun. Biar refreshing, nggak setress mereka mikir pelajaran terus ^^

      Hapus
  5. Semoga kreaso menjadi wadah yang tepat bagi pelajar untuk terus berkreasi.

    BalasHapus
  6. Kostum karnavalnya Bagus bgt. Kreatif ya para pelajarnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seharusnya demikian. Mereka amsih muda, lebih imajinatif ^^

      Hapus
  7. waah, anak-anak Solo emang kreatif. Dulu waktu Jokowi dilantik jadi RI 1, ada pawai dari paguyuban batik Solo di jakarta (salut dan kreatif)

    BalasHapus
  8. Budaya kreatif memang harus terus digalakan ya...seru juga membaca antusias anak-anak Solo.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak. Terutama bagi generasi muda. Pikiran mereka masih fresh ^^

      Hapus
  9. Remaja saatnya menyalurkan kelebihan energi untuk hal-hal yang positif demi masa depan dirinya, orang lain, dan negeri ini, serta dunia ini.

    Dan event-event seperti ini sangat bagus sebagai salah satu sarana menyalurkan energi para remaja untuk hal yang positif.

    Terima kasih

    BalasHapus

Terima kasih telah berbagi komentar