Minggu, 31 Maret 2019

Berbagi itu Indah Agar Hidup Menjadi Lebih Berkah, Bersama Dompet Dhuafa


“Manfaat pertama yang bisa dirasakan dari bersedekah adalah untuk si pemberi sendiri, yaitu dia melihat perubahan dari dalam diri dan sikapnya, merasakan kedamaian, serta melihat senyuman di wajah orang lain.”
_Aidh Al Qarni_

Beruntung! Itulah yang saya rasakan selama ini. Meski bukan dari keluarga yang mampu, tapi saya selalu bersyukur atas semua rezeki yang diberikan-Nya. Bukan karena banyaknya, namun berkahnya. Alhamdulillah. Di saat saya sedang butuh, ada saja rezeki dari Alloh yang datang. Mungkin itu sebabnya ada orang yang bilang, rezeki itu jangan dihitung. Tak akan mampu manusia menghitung rezeki dari Alloh. Terlalu banyak, tak terhingga jumlahnya.

Di sisi lain, saya juga bersyukur karena dikelilingi oleh orang-orang yang tidak pelit untuk berbagi. Mereka datang dari berbagai latar belakang profesi dan juga status sosial. Secara tidak langsung mereka banyak memberikan pelajaran kepada saya betapa berbagi adalah hal yang menyenangkan, bisa dilakukan siapa saja dan kapan saja. Tidak pernah saya melihat mereka merasa terpaksa mengeluarkan uang maupun tenaga untuk orang lain. Semua dilakukan demi kebaikan bersama.

Awalnya, saya tidak begitu peduli dengan hal yang satu ini. Hingga suat hari, saya berganti tempat kerja. Salah satu tugas saya di sana adalah membagikan zakat dan sedekah. Saat itu saya hanya berpikir, kalau mau berbagi ya berbagi saja. Saya hanya memberikan titipan kepada yang dituju. Sudah, begitu saja, selesai. Meski hanya membantu menyalurkan, berharapnya sih tetap kecipratan pahala, hehe. Sekali, dua kali, hingga berkali-kali saya melakukannya. Suatu saat saya berpikir, kenapa saya tidak sekalian ikut berbagi.

Ini tuh semacam sentilan dari Alloh. Saya dicemplungkan ke dalam lingkungan di dalamnya banyak orang-orang yang ikhlas berbagi. Bahkan saya terlibat secara tidak langsung membantu mereka menyalurkan sebagian harta mereka untuk yang membutuhkan. Seolah-olah, bagi saya, Alloh menunjukkan ... ini lho ada ladang amal yang juga bisa kamu ikuti. Yeah, meski besaran jumlahnya tentu tak sebanyak mereka. Semampunya saya. Tapi bukankah soal berbagi itu bukan soal banyaknya, tapi soal niat dan ikhlasnya.


Berbagi Tak Harus Menunggu Kaya

“Jangan pernah merasa malu ketika hanya mampu memberi sedikit untuk bersedekah, karena selalu ada kebaikan dalam berbagi, tidak peduli seberapa kecil yang kamu berikan.”
_Ali bin Abi Thalib_

Selain di tempat kerja, teladan lain yang saya dapat dalam berbagi adalah lewat bapak saya sendiri. Meski bukan dari keluarga berada, tapi bapak selalu mengajarkan kepada saya kalau kami ini kaya. Dalam artian kaya hati, kaya niat, dan kaya kemauan untuk berbagi. Bapak juga mengajarkan untuk selalu melihat ke bawah agar selalu bersyukur. “Banyak orang yang hidupnya lebih susah dari kita,” begitu pesan bapak.

Bapak mengajarkan kepada saya mulai dari hal-hal kecil. Misal nih saat saya masih kecil, ada peminta-minta datang ke rumah kami. Bapak memberikan kepada saya sejumlah uang untuk diberikan kepada peminta tersebut. Awalnya saya takut karena penampilan mereka yang biasanya agak kurang rapi. Tapi kata bapak, saya tidak usah takut. Secara tidak langsung ini adalah pelajaran bagi saya yang masih kecil agar terbiasa memberi.

Bapak juga sering mengingatkan, jangan pelit! Di dalam harta yang saya miliki, ada hak orang lain yang harus diberikan. Harta terlihat banyak karena ada hak orang lain di sana. Karenanya harus ditunaikan haknya.

Event lain yang biasa saya dan bapak kerjakan adalah saat tahun ajaran baru. Biasanya bapak mengajak saya berbelanja peralatan sekolah: buku, pensil, penggaris, penghapus, dll. Semua peralatan sekolah itu kami bagi dalam beberapa paket. Saya senang membantu bapak membungkus paket-paket itu. Kami memberikannya kepada beberapa anak karyawan bapak dan juga saudara. Tentu anak-anak itu senang, pun demikian dengan orang tua mereka. Kami? Jangan tanya perasaan kami. Tentu lebih senang melihat mereka senang.

Tak selamanya berbagi dalam bentuk uang. Bisa juga dalam bentuk ilmu, tenaga, atau juga barang seperti saya dan bapak lakukan di atas. Ini juga dilakukan oleh atasan saya yang kebetulan berprofesi sebagai tenaga kesehatan. Di saat-saat tertentu, beliau menggratiskan biaya periksa pasien. Tak jarang pula saat ada tindakan terhadap pasien rawat inap, beliau memberikan potongan biaya. “Biar pasiennya senang,” kata beliau saat saya menanyakan tentang kebijakan tersebut. Wah, masya Alloh tabarokalloh.


Sedekah Menolak Bala


“Bersegeralah bersedekah, sebab bala bencana tidak akan pernah bisa mendahului sedekah.”
_HR. Imam Baihaqi_

Saya termasuk orang yang masih percaya sedekah menolak bala. Entah itu sakit, musibah, maupun rezeki yang kurang lancar. Bagi saya itu bukan hanya sekedar kata-kata belaka. Saya pernah beberapa kali mengalaminya. Saya terhindar dari sesuatu yang tragis, yang seharusnya berdampak buruk. Namun yang saya dapatkan, saya tetap baik-baik saja. Alhamdulillah.

Ceritanya, nih ... beberapa waktu lalu saya terlibat kecelakaan. Saat saya akan berbelok masuk ke perumahan, tiba-tiba saja saya ditabrak dari samping oleh sepeda motor dengan kecepatan yang lumayan, hingga menghasilnya suara dentuman keras. Rupanya yang menabrak saya adalah sepasang remaja yang sedang dibawah pengaruh zat tertentu. Akibat kejadian itu, masyarakat berhamburan keluar rumah menuju jalan.

Mereka para saksi mata mengatakan, seharusnya kecelakaan sekeras itu memberikan dampak kerusakan parah. Yang ada di bayangan mereka, sepeda motor saya remuk redam. Pun demikian dengan saya akan mendapatkan luka-luka. Namun alhamdulillah, semua baik –baik saja. Saya tidak mendapati luka dibagian tubuh manapun. Hanya meraskaan memar di tangan. Sepeda motor saya pun masih dalam keadaan baik. Saat saya membawanya ke bengkel, montir mengatakan tidak ada kerusakan berarti. Hanya bagian depan butuh sedikit perbaikan.

Rasa was-was saya seketika hilang berganti rasa syukur yang tak terhingga. Saat saya menceritakan peristiwa ini kepada bapak, beliau mengajak saya merenung. Beliau mengatakan, mungkin ada sesuatu yang saya lakukan yang dapat menghindarkan saya dari musibah itu. Kemudian saya teringat sesuatu.

Siang itu saya ke bank untuk menunaikan amanah dari bos. Bos meminta saya mentransfer sejumlah uang donasi untuk pembangunan pesantren yatim piatu. Melihat bos yang begitu bersemangat berbagi, sebenarnya terbesit pula dalam diri saya untuk ikut-ikutan. Tak dapat dipungkiri, ada rasa minder dalam diri. Kalau pun saya ikut berdonasi, tentu tidak sebesar nominal donasi bos saya, hehe. Yeah, saya hanya mampu sepersepuluh dari total donasinya. Tapi bagi saya, itu nominal yang cukup lumayan.


Kata orang, sumbangan pembangunan pesantren, masjid, rumah sakit, dll bisa dikategorikan sebagai sedekah jariyah jika bangunan tersebut dimanfaatkan untuk kebaikan. Dan orang yang melakukan sedekah jariyah akan terus mendapatkan pahala selama bangunan itu dimanfaatkan terus menerus. Bahkan ketika yang bersangkutan telah meninggal dunia. Ya Alloh, manusia mana sih yang tidak ingin mendapatkan pahala yang terus mengalir seperti ini. #terharu


Saatnya Berbagi dari Hati

“Sebagai seorang beriman, aku tidak boleh lupa bahwa kebutuhanku untuk bersedekah akan selalu jauh lebih besar daripada kebutuhan mereka yang menerima sedekah dariku.”
_Nouman Ali Khan_

Momen berbagi bisa kapan saja: saat kenaikan kelas, habis gajian, dll. Nah, kalau saya sih yang terakhir. Biasanya saya jadwalkan setiap habis gajian untuk memposkan gaji sesuai kebutuhan. Dan salah satunya adalah dana untuk berbagi. Mumpung sedang pegang banyak uang. Jadi masih bisa dibagi-bagi sesuai kebutuhan. Salah satunya, ya dana untuk berbagi.

Saya pernah membaca buku seorang perencana keuangan, Prita Hapsari Ghozie. Menurut beliau dalam alokasi gaji bulanan ada beberapa pos yang bisa diutamakan, seperti pos biaya hidup, pos dana darurat, termasuk pos untuk barbagi (zakat, infaq, sedekah). Menurut Prita, besarnya pos untuk berbagi bisa mencapai 5% dari gaji.

Selain menggunakan referensi dari perencana keuangan seperti di atas, saya juga bisa menggunakan kalkulator zakat untuk menghitung zakat profesi yang saya keluarkan. Kalkulator zakat ini bisa saya temukan pada situs beberapa lembaga amil zakat. Salah satunya di situs Dompet Dhuafa. Dengan adanya kalkulator zakat ini, saya merasa sangat terbantu. Saya hanya tinggal memasukkan besaran pendapatan yang saya terima, dengan sendirinya kalkulator zakat akan menghitung besaran zakat profesi yang harus saya bayar. Lebih praktis, bukan.

Saya memang menitipkan sebagian rezeki ke lembaga amil zakat, meski ada juga beberapa yang saya berikan langsung kepada yang membutuhkan. Nah, bagi saya pribadi, lembaga amil zakat yang saya titipi haruslah lembaga amil zakat kredibel dan amanah. Ada beberapa kriteria lembaga amil zakat yang biasa saya prioritaskan, di antaranya adalah tercatat dan terdaftar di Kementrian Agama, memiliki program kerja yang jelas, memiliki laporan program kerja dan dokumentasi keberhasilan program kerja tersebut.

Selain kredibel dan amanah, saya pribadi lebih memilih lembaga amil zakat yang sudah diakui oleh Dirjen Pajak. Nah, ini nih keuntungannya yang sepertinya belum banyak orang tahu. Jika kita menyalurkan sumbangan ke lembaga amil zakat yang sudah diakui oleh Dirjen Pajak, bukti penerimaan zakat tersebut dapat digunakan untuk mengurangi penghasil bruto saat pelaporan SPT Tahunan, lho.


Berbagi Bersama Dompet Dhuafa

"Segala sesuatu yang bermanfaat yang Allah halalkan untukmu, entah berupa pakaian, makanan, sampai pada istri. Itu semua termasuk rezeki. Begitu pula anak laki-laki atau anak perempuan termasuk rezeki. Termasuk pula dalam hal ini adalah kesehatan, pendengaran dan penglihatan. Dan Sedekah adalah cara yang baik untuk mensyukurinya. Sesungguhnya tidak akan berkurang harta yang disedekahkan, kecuali bertambah dan bertambah.” (HR Tirmidzi).

Kredibel, amanah, dan diakui Dijen Pajak? Hmm ... Ini nih salah satunya. Lembaga amil zakat Dompet Dhuafa. Berawal dari salah satu rubrik di koran Republika pada tahun 1993 untuk menggalang dana bagi masyarakat kurang mampu, hingga gerakan kepedulian ini berkembang menjadi sebuah yayasan di tahun 1994. Selain telah diakui sebagai lembaga amil zakat tingkat nasional yang telah tercatat di Kementrian Agama, Dompet Dhuafa juga merupakan lembaga amil zakat yang diakui oleh Dirjen Pajak.

Dompet Dhuafa memiliki segudang program pemberdayaan dan bantuan bagi masyarakat kurang mampu. Mulai dari kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan juga pengembangan sosial. Semua pemberdayaan ini melibatkan sumber daya lokal. Biaya untuk menjalankannya, tentu berasal dari para donatur. Sudah banyak manfaat yang didapat masyarakat dari program-program tersebut. Karenanya, agar program tetap berjalan dengan baik, peran serta donatur selalu diharapkan.

Saya dan Anda dapat menyisihkan sebagian rezeki untuk mereka. Jangan takut untuk berbagi. Berbagi tidak akan membuat kita miskin. Kalau kebetulan Anda orang yang sibuk dan tidak sempat datang ke kantor Dompet Dhuafa, Anda bisa memanfaatkan layanan jemput zakat. Anda tidak perlu kemana-mana. Cukup petugas yang datang ke rumah Anda.

Nah, ternyata berbagi itu tidak sulit ya, jika kita meniatkan dan membiasakan. Banyak pihak akan terbantu dengan kegiatan ini. So, jangan takut untuk berbagi. Karena berbagi itu indah dan membuat hidup lebih berkah.


“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Jangan Takut Berbagi yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa”



~ Hana Aina ~


Baca juga, ya ...

21 komentar:

  1. Dengan berbagi justru byk manfaat yg didapat oleh si pemberi ya mbak?biasanya begitu..malah balasannya lebih banyak dan barakahnya terasa nikmat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak. Karenanya #jangantakutberbagi :)

      Hapus
  2. Masya Allah begitu banyak manfaat berzakat. Dan semoga sukses untuk program2 dompet dhuafanya

    BalasHapus
  3. Sedekah bisa berupa materi dan jasa. Sedekah tidak harus menunggu di saat berlebihan. Keluarga saya pernah punya pengalaman beberapa kali terhindar bahaya ular berbisa (kobra) setelah bersedekah, maklumlah rumah tengah sawah

    BalasHapus
  4. Balasan
    1. Betul, Bun. Semakin banyak kita berbagi, semakin kita merasakan banyak kebaikan :)

      Hapus
  5. Artikel yg bagus. Sebagai pengingat untuk kita semua bahwa sedekah dapat memberikan banyak manfaat baik di dunia ataupun di akherat kelak. Tak melulu harus berupa materi, sedekah bisa dilakukan dengan banyak cara yg lain. Senyum kita untuk saudara kita jg merupakan sedekah lho. Sudahkan kita terseyum hari ini? Hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, sepakat. Sedekah juga bisa berupa ilmu, tenaga, dan juga senyuuummm :D

      Hapus
  6. Masyaallah mba.. baca ini juga jd booster lagi buat aku.. ada kalimat suka deh. Ayah mba hana yg mengajarkan kl kita kaya.. mau adopsi itu buat shaw biar makin semangat jalani program berbaginya.. biar jd kebutuhan dan habit🙌

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagus itu. Membiasakan anak berbagi sejak kecil, agar menjadi kebiasaan ketika dewasa kelak :)

      Hapus
  7. Masyaallah mba.. baca ini juga jd booster lagi buat aku.. ada kalimat suka deh. Ayah mba hana yg mengajarkan kl kita kaya.. mau adopsi itu buat shaw biar makin semangat jalani program berbaginya.. biar jd kebutuhan dan habit🙌

    BalasHapus
  8. Beruntung nian dirimu jobdesc nya ngurusi zakat mbak. Insyaallah pahala mengalir terus tuh. Baru tau lo aku ada kalkulator zakat dari dompet dhuafa, jadi skr ga bngung ya kalo ngitung zakat. Aku mo cobain ah. Tfs mbak

    BalasHapus
  9. Dbalik dasyat ny manfaat sedekah....sedekah bisa menngali sisi kemanusiaan kita....agar lebih bisa memanusiakan manusia yg semakin kesini trkikis jaman.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepakat banget. Bisa melembutkan hati kita juga, agar senantiasa bersyukur :)

      Hapus
  10. Alhamdulillah nikmatnya berbagi dan bersedekah memang berbuah manis. Jika tidak berbuah di dunia maka akan dikumpulkan sebagai pahala di akhirat. Terimakasih telah berbagi inspirasi mb Hana😊

    BalasHapus
  11. Sedekah harus dilakukan dalam waktu lapang atau sempit, jd gak perlu nunggu jadi orang berlebih dulu ya mbak?

    BalasHapus
  12. Dasyat ny manfaat sedekah..semoga bisa selalu bersedekah

    BalasHapus

Terima kasih telah berbagi komentar