Rabu, 01 Maret 2017

Jenang : Makanan Khas Solo yang Tak Lekang oleh Waktu


Bulan lalu Solo ulang tahun, lho. Tepatnya tanggal 17 Februari 2017. Banyak acara diselenggarakan untuk memperingati hari jadi kota Solo. Nggak tanggung-tanggung, acaranya sebulan penuh. Mulai dari Solo Great Sale yang memanjakan penggemar belanja dengan diskon gede-gedean, beberapa pawai dan kirab di sepanjang jalan utama Slamet Riyadi, hingga aneka festival.

Duh, yang seperti ini nih yang membuat Solo jadi ngangeni, terutama bagi Wong Solo yang merantau ke luar daerah. Terbayang-bayang terus kenangan semasa tinggal di Solo. Terus galau, deh. Ingin segera pulang, haha :D :D
Di antara begitu banyak kegiatan yang diselenggarakan, ada satu kegiatan yang saya tunggu-tunggu. Festival Jenang. Tapi sayangnya, justru saat acara berlangsung, saya tidak dapat bergabung. Ada tugas yang harus saya selesaikan. Ah, saya jadi baper. Etapi jangan khawatir, saya masih ada kok liputan tahun lalu. Yuk, intip keseruannya Festival Jenang-nya J J
Sesuai dengan namanya, Festival Jenang menghadirkan aneka macam jenang. Nggak tanggung-tanggung, jenang yang ditampilkan adalah jenang dengan cita rasa dari Sabang sampai Merauke.
Ternyata, Indonesia yang kaya akan masakan nusantara juga memiliki aneka jenang dengan kekhasan daerah masing-masing, termasuk jenang yang ada di Solo.

Manis Gurih Jenang
Jenang atau yang familiar disebut bubur dalam bahasa Indonesia adalah makanan yang tidak akan pernah kehilangan penggemarnya, mulai dari anak-anak sampai dengan orang tua. Jenang sudah ada sejak zaman dahulu. Karenanya jenang dapat dikategorikan sebagai makanan tradisional. Hingga sekarang jenang masih tetap eksis, lho.
Di Solo sendiri ada banyak sekali varian dari jenang. Ada yang manis, ada juga yang gurih. Bukan hanya rasanya yang bervariasi, bahan baku pembuatannya pun juga beragam. Inilah yang membuat penikmat jenang tidak akan pernah bosan. Mereka bisa memilih varian jenang sesuai dengan selera. Mau di-mix dalam satu mangkuk pun bisa. Dan itu tidak akan mengurangi kenikmatan memakan jenang.
Kebanyakan jenang memiliki tekstur yang lebut. Namun ada beberapa yang memiliki tekstur kenyal. Ini tergantung dari bahan bakunya. Biasanya jenang terbuat dari tepung beras, tapi ada juga yang terbuat dari tepung kanji, beras ketan, sagu dan juga singkong.


Di Solo, Anda akan dengan mudah menemukan jenang. Jenang banyak dijajakan baik oleh pedagang kaki lima maupun pedagang keliling. Biasanya nih yang berjualan keliling adalah ibu-ibu mengendarai sepeda dengan keranjang dagangan di bagian belakang sepeda. Mereka berkeliling dari kampung ke kampung. Harganya pun murah meriah. Untuk 1 mangkuk jenang dihargai 3K saja. Anda bisa memilih satu jenis jenang, atau mix beberapa rasa dalam 1 mangkuk. Aih, seneng nggak sih bisa makan enak dengan harga murah ^^


6 Variasi Jenang Solo yang Paling Diminati
Sebenarnya ada banyak variasi Jenang Solo. Namun di artikel ini saya akan memperkenalkan kepada Anda beberapa  variasi jenang yang paling banyak diminati. 
   Jenang Sumsum. Jenang ini berwarna putih dengan tekstur lembut. Terbuat dari tepung beras yang dimasak dengan santan kental dan diberi sedikit garam, lalu dimasak di atas api kecil dalam waktu lama hingga kental. Jenang ini terasa gurih meski hanya dimakan biasa atau tanpa kuah yang biasa disebut juruh.
Kuah juruh terbuat dari gula jawa yang dilarutkan air dan dimasak dengan kayu manis dan daun pandan sebagai penyedap. Tapi kalau saya pribadi sih lebih suka makan jenang sumsum dengan kuah juruh yang ditambah sedikit santan. Ini akan menjadikan rasa kuahnya menjadi tidak begitu manis, tetapi gurih. Tapi ini sih selera, ya ^^
O iya satu lagi nih. Dalam memasak jenang sumsum terkadang menghasilkan kerak pada lapisan bawahnya. Ini seperti gosong. Tapi ada beberapa orang, termasuk saya, justru suka dengan bagian yang ini. Menurut saya sih rasanya lebih gurih. Jadi, saat membeli jenang, saya akan tanya dulu pada penjualnya ada keraknya atau tidak. Biarpun agak gosong, tapi lebih enak, hihi ^^


Jenang Grendul. Jenang ini hampir sama dengan jenang sumsum karena memang bahan bakunya sama, yaitu tepung beras. Hanya saja pada pemasakan jenang grendul ditambahkan gula jawa. Ini yang membuat warna dari jenang menjadi cokelat.
Yang istimewa dari jenang ini adalah grendul-nya. Ini seperti bulatan-bulatan bakso yang terbuat dari tepung ketan. Tekstur grendul adalah pulen dan sedikit lengket. Perpaduan unik dari lembut jenang dan pulennya grendul. Ditambah lagi dengan siraman kuahnya. Hmm ...
Berbeda dengan jenang sumsum yang menggunakan kuah manis, jenang grendul menggunakan kuah santan yang gurih.


Jenang Mutiara. Jenang ini terbuat dari sagu mutiara. Pembuatannya cukup unik sih menurut saya. Sagu mutiara sebagai bahan bakunya harus direndam dulu dalam air sebelum diolah. Mengolah sagu mutiara ini pun cukup mudah. Hanya dengan memasaknya dengan air yang ditambahkan gula. Saat matang sagu mutiara akan mengembang dengan warna bening.
Jenang mutiara bisa dimakan biasa, namun juga bisa dengan disiram kuah santan yang gurih. Kalau saya pribadi lebih suka memakan jenang mutiara dalam keadaan dingin. Jadi, sebelum disantap, masukkan dulu jenang mutiara yang sudah disiram dengan kuah santan ke dalam almari es. Kalau sudah dingin, baru deh dinikmati. Rasanya akan berbeda. Kalau menurut saya sih lebih enak. Nyummy 😋😋😋.


Jenang Ketan Hitam. Jenang ini terbuat dari beras ketan hitam yang dimasak bersama air dan gula di atas api kecil hingga mengental dan berasnya melunak. Saat memasaknya harus terus diaduk agar tidak gosong, ya. Jenang ketan hitam memiliki rasa yang manis. Karenanya akan terasa lebih nikmat saat diguyur kuah santan nan gurih.


Jenang Pati Telo. Jenang ini menggunakan bahan ketela (yang dalam bahasa jawa disebut telo) dan tepung kanji yang dimasak dengan gula merah. Ketela yang sudah dikupas dan dicuci bersih dimasak hingga empuk dengan air dan gula jawa. Baru deh ditambahkan tepung kanjinya. Tepung kanji mengentalkan bubur. Tekstur bubur menjadi lembut dan lengket. Warnanya pun menjadi cokelat bening.
Jenang pati telo menjadi salah satu favorit saya. Ini terutama karena rasa telo yang ada dalam jenang ini. Empuk dan manis. Apalagi makan jenang pati telo ini menggunakan kuah santan yang gurih. Terkadang makan jenang pati telo ini butuh perjuangan. Karena teksturnya lengket, jenangnya terkadang menyatu dan susah dipotong. Alhasil, terkadang kalau satu bagian diangkat, bagain yang lain ikut terangkat. Melar, deh, haha :D :D


Jenang Lemu. Ini adalah jenang yang sangat mudah ditemui di kota Solo. Hampir di setiap sudut kampung ada yang menjual jenang ini. Biasanya di pagi hari. Ini berbeda dengan beberapa jenis jenang di atas yang dimakan sebagai kudapan. Jenang yang terbuat dari beras yang dimasak dengan santan hingga kental ini biasa dimakan sebagai pengganti nasi saat sarapan. Pendamping jenang ini lebih barvariasi. Biasanya sih sayur dan lauk pauk. Beberapa sayur yang biasa menjadi pilihan adalah terik kuning, sambal tumpang, sambal tolo, pecel, dll.
Jenang lemu berwarna putih dengan tekstur tidak selembut jejang sumsum. Tapi lumayan sih sebagai pengganjal perut di pagi hari. Apalagi bagi Anda yang menginginkan sarapan yang tidak begitu mengenyangkan. Jenang ini bisa menjadi pilihan.


Wah, ternyata jenang tidak dapat dipisahkan sebagai makanan keseharian, ya. Terutama Wong Solo. Karenanya bagi Anda yang berkunjung ke Solo, sempatkan menjelajah untuk berburu jenis makanan yang satu ini. Jangan pernah menyesal karena tak pernah mencobanya, ya, haha :D :D

Antara Kulineran dan Jepretan
Zaman sekarang segala momen perlu diabadikan, ya. Termasuk saat berpetualang kuliner. Kalau dulu, sebelum makan harus berdo’a dulu. Tapi sekarang, sebelum makan dijepret dulu, berdo’a, baru deh dimakan, hehe ^^.
Senang kan kalau melihat hasil jepretan yang cantik-cantik. Ternyata, jepretan cantik bukan hanya karena penataannya yang cantik, namun juga teknik pengambilan gambar yang tepat. Dan yang tidak kalah penting adalah peralatan untuk mengambil gambar-gambar tersebut.
Berhubung saya belum kamera canggih, saya lebih banyak memanfaatkan kamera smartphone. Beberapa merek smartphone telah dilengkapi oleh kamera yang mendukung pengambilan gambar yang ciamik. Salah satunya adalah ASUS Zenfone yang telah dilengkapi dengan PixelMaster Camera. Hmm ... Apasih PixelMaster Camera itu?
PixelMaster adalah teknologi yang dapat membantu menangkap lebih banyak cahaya pada kamera. Ada beberapa kelebihan dari teknologi ini, diantaranya:

Low Light Mode. Teknologi ini memungkinkan mengambil gambar dalam suasana minim cahaya. Wah, asyik nih. Nggak perlu galau kalau ingin memotret objek dengan di ruangan remang-remang.
Sensitivitas Sensor Kamera. Dengan kemampuan sensitivitas sensor kamera yang tinggi tentu akan meningkatkan kualitas hasil yang baik.
Depth of Field Mode. Ini akan membantu Anda memfokuskan kamera pada gambar yang akan diambil. Latar belakang gambar juga dapat dikaburkan sehingga objek yang dimaksud menjadi lebih tajam.
Selfie Mode. Nah, kalau yang ini pasti diincar kebanyakan pengguna smartphone. Ini adalah kemampuan untuk mendeteksi wajah orang-orang di depan kamera dan kemudian menghitung mundur sebelum mengambil 3 gambar secara berurutan.
Time Rewind. Ini dapat membatu Anda memilih beberapa hasil jepretan dengan pose terbaik karena kemampuan mengambil gambar secara berurutan sebelum dan sesudah tombol shutter ditekan.

Nah, ternyata asyik ya kalau kulineran sambil jeprat jepret. Pilih hasil terbaik lalu upload di sosial media. Kalau hasil jepretannya cantik, pasti akan banyak suka. Karenanya dukung petualangan kuliner Anda dengan smartphone yang mendukung. Selamat kulineran, ya 😉😉😉.


Artikel ini diikutsertakan pada Blogging Competition Jepret Kuliner Nusantara dengan Smartphone yang diselenggarakan oleh Gandjel Rel

63 komentar:

  1. Solo jenangnya macam2 ya. Jadi pengin sarapan jenang ini.

    BalasHapus
  2. Ihh pengen jenang grenduuulnyaaaaa... Enak banget itu kayaknya �� Solo emang juara deh kulinerannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mangkanya kita yang tinggal di Solo belum bisa kurus, ya, Mak. Kulineran terus :D :D

      Hapus
  3. Aku suka jenang pati telo. Suka jenang ketan item juga. Mutiara juga suka ding.. Aaahhh..aku suka semuanyaaaaa...

    Tapi kalo pas beli, aku suka lupa bilang jenang. Aku tetep aja bilangnya bubur..haha.. Soalnya di Purworejo, jenang itu kentel, keras kayak dodol gitu deh..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ntar kalau beli di-mix aja, biar dapat semua rasa :D :D

      Hapus
  4. Aku cuma suka jenang ketan hitam... klo jenang yg lain ga suka, ga tau kenapa begitu :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Penggemar setia, belum bisa move on, haha :D :D

      Hapus
  5. Marai pengen mak........,maknyus

    BalasHapus
  6. Kabeh doyan mak, apalagi jenang sumsum, aku jdi keinget alm. Mbh uyud..
    Hiks

    BalasHapus
  7. Suka semuanyaa... Enak y tinggal di Solo bisa maen ke festival jenang. Puas deh makan jenang

    BalasHapus
  8. kalo di Kudus itu namanya bubur. Kalau istilah jenang itu untuk makan ringan semacam "dodol".

    BalasHapus
  9. Bubur sumsum mah paling favorit. Ini anakku cemilan siangnya kadang makan bubur sumsum, Mbak. Hihihi.

    Ngomong2 soal ketan hitam, di rumah ada stok nih. Jadi, pengen buat bubur ketan hitam terus dikasih es, suegeeeerr ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan lupa buat bubur kacang hijau juga, Mbak. Ntar aku dikirimin, ya ^^

      Hapus
  10. paling suka jenang grendul.. apalagi ditambah santan.. aduh enaknyaa

    BalasHapus
  11. Saya sukanya Jenang Mutiara itupun ga boleh sering2
    Kata orang Jawa, legi..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak. Tapi kalau sudah ketemu sama kuah santannya, nggak legi lagi ^^

      Hapus
  12. aku taunya itu bubur yaaaa, kalo kayak gitu mahhh kusuka tapi yg digulung2, aku kurang sukaa hihihihi

    BalasHapus
  13. Wah jenang banyak ragamnya ya? baru tahu

    BalasHapus
  14. Jenang beragam jenisnya. Tetapi yang pernah saya makan, terbuat dari tepung ketan dengan gula jawa, rasanya manis dan kenyal..

    BalasHapus
  15. Ya ampuuun jenang, terakhir makan jenang ki kapan yo, waktu sowan ke mbah koyoke. Kangeeeen

    BalasHapus
  16. Jenang grendul favoritku, membuatnya juga tidak terlalu susah

    BalasHapus
  17. Jenang makanan favorit anak-anak.
    Ada yang jualan tiap hari keliling kampung, anak-anak suka beli tuh. Kalau dalam seminggu nggak makan jenang,rasanya kurang komplit :D

    BalasHapus
  18. yang merah itu terbuat dari mutiara ya?betul kah?
    enak banget sepertinya, jadi pengen coba...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, yang merah itu terbuat dari mutiara ^^

      Hapus
  19. Semenjak nikah dgn org solo, mudik ke solo itu selalu aku tunggu2 :D. Krn kangeeeen ama semua kuliner2 solo. Pertama kali ngerasain jenang lemu aku jg heran mba. Namanya lucu, buburnya jg unik. Tp lama2 sukaaaa. Ada lg tuh makanan fav ku kalo di solo, brambang asam :D. Kirain dulu bawang rasanya asem, eh taunya sayur dikasih bumbu rujak :D. Tapi sukaaaaak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Brambang asem terbuat dari kankung yang disiram sambal. Ini favorit aku. Apalagi kalau sambalnya pedas plus pakai tempe gembus ^^

      Hapus
  20. aku sering makan semuanya, tapi baru tau kalau itu termasuk jenang. Biasanya cuma nyebut bubur atau cenil untuk semua varian. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau cenil beda lagi, Mbak. Bentuknya gilik dan berwarna warni. Makannya pakai parutan kelapa ^^

      Hapus
  21. Makanan favoriiit akuuhhh,
    Aku pling suka yg jenang pati telo mbk, ajiibbb, :)

    BalasHapus
  22. nasi liwet itu dulunya kupikir jenang lho Mbak

    BalasHapus
  23. Jenang pati telo belum pernah nyoba saya...jadi penasaran.

    BalasHapus
  24. Ternyata banyak sekali yaaaaa modelnyaaa

    BalasHapus
  25. Jenang.. Mirip nama sebuah desa di lamongan ... heheh
    Kalo gak salah sih :D

    BalasHapus
  26. Kalau di medan jenang berarti dodol...hehehheee

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh, kalau di sini ada juga namanya jenang dodol. Tapi bentuknya beda. Semacam snak ^^

      Hapus
  27. wahhh makanan ku waktu kecil, sekarang udh gak pernah makan itu lagi, dan yang jual juga udah jarang ahahah

    BalasHapus
  28. Di Semarang juga ada nih berbagai bubur atau jenang seperti di atas. Biasanya si penjual pake gerobak dan aneka jenis bubur dijajakan, mulai dari bubur sumsum, bubur kacang ijo kupas, bubur telo, bubur mutiara dsb. Enak dan guriiiihhh...

    BalasHapus
  29. Solo selain kota batik ternyata banyak juga kulinernya . .

    BalasHapus
  30. Waktu MangCara masih bekerja ada teman asal Solo yang setiap pulang kampung pasti bawa oleh oleh Jenang

    BalasHapus

Terima kasih telah berbagi komentar