Sabtu, 27 Januari 2018

Candi Cetho : Pesona Wisata Religi di Puncak Lawu


Pernah nggak sih Anda berada di situasi riweh, pikiran penuh, dan rasanya ingin lari ke suatu tempat yang sepi dan tenang? Hmm ... Saya pernah. Dan disaat itu terjadi, berarti sinyal untuk saya segera piknik, haha :D

Di tengah semangat saya dalam bekerja, terkadang saya ingin milipir ke suatu tempat dimana saya bisa melepaskan sejenak segala urusan pekerjaan dan segala keruwetan hidup. Untungnya saya tinggal di Solo dengan segala macam hiburan, mulai dari yang modern hingga yang tradisional. Jika ingin kesenangan yang lain, maka saya akan pergi piknik ke luar kota namun tetap tidak begitu jauh dari Solo. Salah satunya adalah pergi ke Karanganyar yang terkenal dengan beberapa wisata alamnya. Salah satunya adalah Cadi Cetho.

Candi Cetho adalah salah satu candi yang berada di Kabupaten Karanganyar. Lokasinya hanya 2 jam perjalanan dari Solo. Candi ini terletak di puncak Gunung Lawu, tepatnya di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar.

Karena posisinya yang terletak di dataran tinggi, bahkan terkadang Anda dapat melihat awan dengan posisi lebih rendah dari candi ini. Pun dengan udara yang dingin hingga ke tulang. Bagi saya yang tak tahan dingin, bahkan sampai bersin-bersin, hihi 😀.





Jalan berliku untuk mencapainya

Meski berjarak hanya 2 jam perjalanan dari kota Solo namun ternyata untuk mencapai tempat ini butuh perjuangan. Jalannya sih mulus. Tapi berkelok dengan kemiringan yang aduhai. Tegang? Pasti. Dan pastikan juga ya kalau kemari, orang yang dibelakang setir adalah orang yang telah lihai. Bukan kenapa-napa sih. Demi keamanan saja, hehe ^^ Oiya, selain skill mengemudi, pastikan juga kendaraan yang digunakan dalam kondisi prima. Nggak asyikkan kalau tiba-tiba mobil mundur karena tak kuat berada di tanjakan yang curam.

Etapi jangan khawatir. Semua itu akan terbayar dengan keindahan alam yang ditawarkan Candi Cetho. Sepanjang perjalanan menuju ke sana, Anda akan disuguhi perkebunan teh yang terhampar hijau bak permadani. Bukan hanya itu saja. Berikut adalah pesona lain yang dapat Anda temukan setelah sampai di Candi Cetho.




Suasana Bali Ada di Sana

Saat menginjakkan kaki di tempat ini, Anda akan menemukan banyak hal yang mengingatkan pada Pulau Dewata, Bali. Saat akan masuk ke area Candi Cetho, semua pengunjung diwajibkan mengenakan selembar kain bermotif kotak dengan warna hitam dan putih berselang. Kain ini adalah jenis kain yang sama yang dapat Anda temukan di Bali. Orang di sini menyebutnya sebagai kain kampuh.

Selain keberadaan kain ini, suasana Bali juga dapat Anda temukan pada beberapa gapura candi yang menjulan tinggi. Saat menaiki candi yang memiliki banyak tingkatan ini, Anda akan melewati gapura-gapura tersebut. Lihatlah! Betapa miripnya dengan yang di Bali, ya 😊





Banyak peninggalan berupa archa dan relief

Candi Cetho adalah salah satu candi bercorak Hindu di Indonesia. Anda akan menemukan beberapa arca dan relief berupa pahatan di batu candi. Beberapa diantaranya berwujud manusia, namun ada juga yang berbentuk hewan. Relief-relief ini seperti menggambarkan sebuah cerita di masa lalu. 

Salah satu bagian yang menyita banyak perhatian dari candi ini adalah keberadaan arca phallus yang berupa rangkaian bebatuan membentuk alat kelamin lelaki. Arca ini berhadapan dengan arca lain yang diumpamakan sebagai kelamin perempuan. Keduanya merupakan lambang dari kesuburan. Selain kedua arca tersebut, ada lagi nih. Yaitu hamparan bebatuan membentuk burung garuda yang membentangkan sayapnya. Pada bagian punggung garuda terdapat jajaran batu yang mirip kura-kura. Dan tentunya, rangkaian bebatuan ini akan menjadi objek foto yang menarik, ya






Masih Aktif Untuk Beribadah

Candi Cetho adalah salah satu candi yang masih aktif digunakan untuk beribadah. Saat berada di candi ini, tidak jarang Anda akan menemukan beberapa rumah-rumah kecil yang di dalamnya terdapat sesajian. Biasanya sesajian itu berupa kelopak bunga dan juga dupa yang diletakkan di dekat arca. Pada hari-hari tertentu, tempat ini juga akan ramai dikunjungi warga karena adanya upacara keagamaan.  






Beberapa Hal Saat Berada di Sana

Karena candi ini masih difungsikan sebagai tempat ibadah, maka yang paling penting adalah menjaga perilaku dan sopan santun. Tentu saja, meski Anda datang berombongan dan ingin berwisata bukan berarti dengan suasana gaduh, kan. Selain itu, jaga kebersihan, ya. Jangan sampai tempat yang indah ini menjadi tak sedap lagi dipandang karena sampah dimana-mana.




Nah, itu tadi beberapa hal yang menjadi catatan perjalanan saya saat mengunjungi Candi Cetho. Masih ada banyak tempat wisata lainnya saat Anda berkunjung di Solo Raya. Jangan lupa mampir, ya. Dan jangan lupa, selamatkan anak bangsa dari kurang piknik 😆.

10 komentar:

  1. Aku belum masuk di situ, soalnya kalau hanya jalan dengan thole bakalan nggendong (huuuu huuu)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thole suruh jalan sendiri aja, Bu. Biar menjelajah sendiri di sana, haha ^^

      Hapus
  2. Ini paling keren pas sunset kalo cuaca cerah hlo..

    Pengen ke sini lagi tapi belum sempet ni....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betooolll ...

      Berarti musti disempatkan ke sini lagi ^^

      Hapus
  3. Terakhir setahun yg lalu aku ke sini, Ken nangis kejer lihat aku pakai kampuh hihi. Eh btw, ada typo dikit mak, yg paragraf 3 "2 jam perjalanan, yg bawahe lagi "1 jam perjslanan"

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ken nya dipakaiin sekalian kain Kampuhnya, haha ...

      Okay, Mak. Terimakasih koreksinya ^^

      Hapus
  4. Demi apa, saya hampir 7 tahun di Solo tapi belom pernah masuk kesini. Hahaha...
    Dulu pas naik ke Lawu itu, rencana pulangnya mau mampir. Etapi keburu malam, yaudah nggak jadi. Lihat kondisi jalan yang super ekstrim itu, juga kadang ngeri-ngeri ngilu kalau mau kesana :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berarti musti diagendakan tahun ini, haha ^^

      Hapus
  5. cantik yaaa mba. Terakhir ke Solo ngga mampir sini..semoga soon bisa :)

    BalasHapus

Terima kasih telah berbagi komentar