Sabtu, 21 Oktober 2023

Nonton Lagi – The Devil Wears Prada

  

BESTie, kalau lagi suntuk, butuh me time, biasanya ngapain aja?

Ngemil? Nyalon? Atau nonton?

Salah satu kegiatanku saat butuh me time adalah nonton. Nonton film, sih, biasanya. Kebetulan keluargaku ada beberapa koleksi VCD dan DVD. Ya Alloh, ketahuan ini hidup di tahun berapa masih punya VCD dan DVD, wkwkwk.

Biasanya kami membeli VCD dan DVD karena memang ingin memiliki film tersebut sebagai koleksi. Film yang kami miliki dari berbagai genre. Ada drama, kartun, fantasi, bahkan film action. Maklum, anggota keluarganya banyak dan masing-masing punya genre dan film favorit.

Bagiku, punya koleksi film favorit mempermudahku saat ingin nonton. Saat ingin me time di rumah, misalnya, tinggal pasang VCD atau DVD nya ke DVD player, kumpulin cemilan, lalu duduk manis. Selain mendukung me time ku yang lebih suka di rumah aja, atau lebih tepatnya di kamar aja, koleksi film dengan berbagai genre juga membantuku jika sewaktu-waktu saya butuh inspirasi saat menulis cerita.

Salah satu genre favoritku adalah drama komedi. Satu di antara koleksi filmku adalah The Devil Wear Prada.

 

Baca juga >>> 5 Tips Hemat yang Perlu Dicoba saat Kamu Akan Piknik


Kenapa The Devil Wears Prada? Ada apa?

Ya ya, saya tahu ini adalah film lama. Film ini dirilis belasan tahun lalu. Tepatnya tahun 2006 dan disutradarai oleh David Frinkel. Film ini di adaptasi dari novel karya Lauren Weisberger tahun 2003. Nah, loh. Novelnya bahkan lebih tua lagi, haha.

Namun ini adalah salah satu film favoritku. Sedikit banyak, film ini menginspirasiku dalam kehidupan sehari-hari. Saya pertama kali melihat film ini tanpa sengaja. Saat itu, saya melihat sebuah film dan di situ terdapat iklan film lain. Film inilah yang muncul. Meski hanya sekilas, tapi entah mengapa cuplikan film The Devil Wears Prada ini menarik perhatianku. Setelahnya, saya berburu film ini dan dapat!

The Devil Wear Prada mengisahkan Andrea, seorang fresh graduate yang ingin bekerja sebagai jurnalis. Namun dia malah diterima di sebuah majalah fashion sebagai asisten junior editor. Andrea menganggap ini sebagai batu loncatan untuk pekerjaan impiannya. Selama bekerja, Andrea mendapat ejekan dari seniornya, Emily, karena dianggap berpenampilan kuno. Berkat nasehat dan bantuan dari art derector, Nigel, Andrea bertransformasi dan mulai peduli dengan penampilannya. Di satu sisi, pekerjaan Andrea sangat menyita waktunya. Bahkan kehidupan pribadinya mulai berantakan.

Film ini mempertontonkan kehidupan para budak korporat yang diwakili oleh Andrea. Dia sering bekerja di bawah tekanan, jam kerja yang panjang, dan harus sabar menghadapi atasannya yang penuh drama. Di film ini juga memperlihatkan hal-hal yang terjadi di dunia kerja. Mulai dari persaingan antar rekan kerja yang saling sikut, senioritas di tempat kerja, atasan yang menyebalkan, hingga jam kerja yang kurang manusiawi.

Salah satu alasan film ini menjadi favoritku karena nasibku saat itu hampir sama dengan Andrea. Melihatnya jatuh bangun bertahan di tempat kerja membuatku seolah bercermin lalu berkata, “kok hampir sama, ya. Apa dunia kerja memang seperti ini?”

Saat itu saya seorang fresh graduate yang bekerja dengan atasan yang suka drama. Dunia kerjaku juga kurang sehat, menurutku, karena senioritas yang berlebihan. Semua ini mengejutkanku. Saya tidak pernah membayangkan dunia kerja sangat berbeda dengan dunia kampus. Tidak seindah impian, BESTie!

Baca juga >>> 7 Cara Simpel Merancang Acara Tanpa Ribet

 

Emang Dapat Apa dari Flim Ini?

Saat menonton film, biasanya saya benar-benar memperhatikan alur cerita dan karakter tokohnya. Termasuk saat menonton film The Devil Wears Prada ini.

Saya mengamati adegan demi adegan dimana Andrea berusaha bertahan sebagai asisten junior Miranda. Saya juga memperhatikan, keputusan-keputusan kecil yang dibuat Andrea hingga mampu mengubahnya menjadi lebih baik. Bukan hanya penampilannya yang menyesuaikan sebagai sisten editor majalah fashion ternama, tapi juga memperbaiki hubungannya dengan orang-orang di sekitarnya, termasuk dengan atasannya.

Ini semacam pelajaran hidup yang saya dapatkan meski lewat film. Meski film adalah cerita fiksi, akan selalu ada hal positif yang bisa saya ambil. Hal-hal inilah yang menyadarkanku akan banyak hal dalam kehidupan kantor maupun pribadi :

  • Gambaran tentang dunia kerja. Dengan melihat film ini, saya mendapat banyak insight tentang dunia kerja. Baik itu hubungan dengan atasan, maupun rekan kerja. Dengan lebih banyak tahu, saya merasa lebih tenang dan siap menghadapi berbagai drama di kantor.
  • Lebih fokus bekerja dan tidak mudah terdistraksi dengan gangguan. Entah kenapa setelah melihat film The Devil Wears Prada ini saya lebih bersemangat. Bisa jadi semangat Andrea dalam bekerja dan memberikan hal terbaik bagi pekerjaannya juga mempengaruhiku. Pun demikian dengan tekad Andrea untuk bertahan hingga kontraknya selesai. Semua ini membuatku lebih menikmati saat mengerjakan tugas-tugasku dan tidak banyak terpengaruh dengan drama-drama di kantor.
  • Memperbaiki diri. Apa yang dilakukan Andrea menginspirasiku. Dia memperbaiki penampilannya menjadi lebih baik. Pun demikian denganku. Memang tidak perlu tampil heboh, tapi tampil rapi, wangi, dan juga penuh senyum adalah hal kecil yang kulakukan agar lebih baik. Ini juga mengingatkanku pada salah buku yang mengatakan, penilain saat perjumpaan pertama adalah penampilan, bukan isi otak.
  • Pembatasan jam kerja. Meski secara teori jam kerjaku adalah jam kantor, tapi sering sekali atasanku saat itu memberikan perintah di luar jam kerja. Saat tengah malam pun tidak menghentikannya untuk terus mengirim pesan ke ponselku. Bahkan saat bangun tidur pun ponselku sudah penuh dengan pesan-pesan darinya. Saya merasa sangat terganggu. Saya tidak mau bernasib seperti Andrea yang mengabdikan seharian hidupnya untuk atasannya. Karenanya, saya mulai menerapkan batasan-batasan, termasuk terhadap urusan pekerjaan. Sekiranya hal tersebut tidak urgent dan bisa dikerjakan di jam kantor, saya akan mengabaikannya. Saya akan sangat slow respon karena saya merasa punya hak atas waktu saya untuk keperluan yang lain.
  • Work life balance. Dari Andrea saya belajar bahwa hidup bukan hanya di kantor saja. Saat dia mulai hanyut dalam pekerjaannya, hubungan pribadinya memburuk. Bahkan dia break dari kekasihnya yang menganggap Andrea sudah tidak peduli lagi dengan hubungan mereka. Pun demikian saat ayah Andrea datang mengunjunginya, dia malah lebih sibuk mengurusi keperluan atasannya di luar jam kerja. Dari sinilah saya belajar bahwa semua ada porsinya. Harus seimbang antara pekerjaan, percintaan, dan keluarga.
  • Self love. Menurutku, memiliki kehidupan yang seimbang adalah bagian dari self love. Ada saatnya ngantor, ada saatnya kumpul dengan teman, ada saatnya menghabiskan waktu bersama keluarga, dan ada saatnya pula fokus ke diri sendiri. Tidak memaksakan tubuh dan pikiran untuk terus bekerja. Dengan kata lain, berikan haknya untuk beristirahat dan menghindari tekanan-tekanan. Dengan begitu saya juga lebih menikmati hidup.

Sepertinya artikel yang berawal dari film favorit ini berubah menjadi curcol, ya, haha. Memang sesenang itu saya dengan film The Devil Wear Prada ini. Saya bisa menontonnya lagi lagi dan lagi hingga saat ini. Apalagi saat merasa lelah dengan pekerjaan atau juga drama di kantor, saya akan bernostalgia dengan film ini. Kemudian mengenang awal-awal ketika saya mulai terjun ke dunia kerja.

 

~ Hana Aina ~



Baca juga, ya ...

 






 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah berbagi komentar