Jumat, 13 Januari 2017

Saat Sepi Mengulik Kenanganku, Namun Foto Mengobati Rinduku


Pernahkah Anda menyadari bahwa waktu begitu cepat berlalu. Rasanya baru kemarin merayakan kelulusan SMU, eh kini sudah reuni dengan membawa keluarga baru. Hmm ... Saya pun pernah merasakannya.

Kangen Itu Nyesek
Suatu siang, saat bapak dan ibu saya tidak berada di rumah, saya asyik membaca dan menikmati musik yang mengalun dari smartphone. Saya sengaja menggunakan earphone agar saya bisa fokus dan tenang dalam membaca. Satu dua jam berlalu, hingga saya yang saat itu berada di kamar ingin keluar untuk sekedar mengambil minum. Saya melepas earphone, berjalan keluar kamar, lalu menuang air putih di gelas.
Saat pertama kali meneguk, saya benar-benar menikmati kesegaran airnya. Mungkin saya terlalu haus, hihi ^^ Setelah dahaga saya terbayar, entah mengapa, tiba-tiba ada perasaan dingin menyelinap di hati saya. Untuk beberapa saat saya tercenung, lalu melihat sekitar. Sepi. Rumah ini begitu sepi.
Ini bukan tentang cerita horor dengan tokoh kuntilanak dan sundel bolong. Atau cerita thriller tentang seorang pembunuh yang beraksi dalam sunyi senyap. Ini kisah tentang kenangan yang tiba saja hadir. Yeah, kenangan dengan para penghuni rumah ini dalam formasi komplit.
 Rumah ini tidak seramai yang dulu. Satu per satu penghuninya pergi. Diawali dengan adik perempuan saya yang menikah 2 tahun yang lalu. Kini dia pindah rumah mengikuti suaminya. Pun demikian dengan adik lelaki saya. Sudah hampir setahun ini dia merantau, bekerja di ibu kota.
Ah, sebenarnya situasi ini sudah kami prediksi. Meski kami hanya tiga bersaudara, tapi keramaian kami luar biasa. Tidak jarang bapak menegur kami karena suara gaduh kami yang memenuhi dunia seisinya. (Rada lebai sih bahasanya, hehe (^_^,,)) Seperti kebanyakan saudara, kami pun sering bercanda, menertawakan kelakuan konyol kami, bahkan saling membully (namun tetap dalam hal bercanda, ya). Ada tawa, pertengkaran, bahkan air mata. Yeah, manusiawi-lah ya. Sedekat apapun saudara, semua kondisi itu pasti ada.
Setiap pagi rumah ini selalu huru-hara. Ramai dengan kehebohan kami mempersiapkan aktivitas pagi (Meski sampai sekarang setiap pagi masih tetap heboh, sih. Tapi rasanya beda, hiks (T_T)). Lalu, dalam sekejab, keriuhan itu hilang berbarengan dengan keberangkatan kami satu per satu ke tempat kerja maupun kampus. Saat petang, satu per satu kami pulang. Hingga malam menjelang, sambil melepas lelah, biasanya kami kruntelan di ruang tengah. Ada yang menikmati cemilan, bercerita tentang keseruan harinya, atau sekedar curhat masalah. Ah, betapa hangatnya kebersamaan kami.



Foto Kembali Menghadirkan Kenangan Itu
Di saat kangen begini, saya biasanya membuka smartphone. Semakin berkembangnya media sosial ternyata tak selamanya memberikan dampak buruk. Yang baik juga ada kok. Seperti instagram yang menjelma album pribadi penyimpan foto kenangan.
Di sana saya masih menyimpan beberapa foto kenangan kami bertiga. Beberapa diantaranya saya up load di instagram dengan menandai adik-adik saya dengan harapan mereka juga dapat mengenang kembali masa lalu kami. Di sisi lain, ini bisa menjadi salah satu Kisah Foto Instagramku. Sejenak saya bernostalgia dengan foto-foto tersebut. Ini adalah foto-foto terakhir kali kami pergi piknik bersama. Dan itu terjadi 3 tahun yang lalu. What?!
Yeah, 3 tahun lalu. Bayangkan! Dan semenjak itu kami tidak pernah piknik lagi. Huaaa ... Jadi sedih. Mendadak bertaburan hastag #KurangPiknik #ButuhPiknik #KapanPiknik #PiknikLagi dan piknik piknik yang lain. Tapi Alhamdulillah-nya, meski kurang piknik, saya masih diberi kewarasan sampai hari ini, hihi ^^
Ngomong-ngomong soal piknik terakhir, saya ingat betul saat itu adalah bulan November 2013. Kami merencanakan piknik tanpa butuh waktu lama. Tiba-tiba nyeletuk ide begitu saja. Lalu semua anggota keluarga mengamini. Alhasil kami pergi sekeluarga bersama dengan 1 ponakan yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Maklum di keluarga saya sudah tidak ada anak kecil lagi. Kami semua sudah dewasa. Jadi kalau ada anak kecil yang mau gabung bersama kami, wah senang sekali. Seperti punya adik lagi, hihi ^^
Destinasi pertama kami adalah objek wisata Kaliurang yang berada di Jogjakarta. Kami sampai di sini menjelang dhuhur. Sayangnya dalam perjalanan mendung telah menggelayut. Hujan rintik mulai turun berbarengan dengan saat kami keluar dari mobil. Jadinya kami bukan piknik, tapi numpang berteduh.
Sebenarnya ini bukan pertama kalinya saya dan keluarga kemari. Saat masih kecil, ini adalah destiniasi wisata yang kerap kami kunjungi. Tapi itu dulu. Seiring dengan banyak tempat wisata lain yang mulai terekpose, kami pun mulai menjelajah ke tempat lainnya. Karenanya, saat kembali ke Kaliurang ini, kami bukan hanya berwisata tapi juga bernostalgia. Terutama bapak yang dengan lancar bercerita tentang masa lalu, saat kami berwisata ke tempat ini di waktu kecil.
Gerimis menjelma hujan. Kami berteduh di mulut replika hewan. Ih, ngeri, ya. Berasa uji nyali gitu. Haha ... Tenang! Kan hanya patung. Tapi karena ukurannya yang besar dan dalam posisi mulutnya sedang menganga lebar, sampai-sampai kami yang berbanyak ini bisa berteduh di dalamnya, hehe (^_^)
Semakin lama hujan semakin deras. Akhirnya kami putuskan meninggalkan Kaliurang. Satu per satu kami dievakuasi. Maklum, hanya ada 1 payung yang ada di dalam mobil, jadi gantian. Nah, anehnya hujan hanya terjadi di puncak Kaliurang. Karena saat kami turun, cuaca cerah dan jalanan juga kering. Wah, sepertinya memang belum rezeki, ya L L


Baiklah. Meski situasinya kurang menguntungkan tapi kami pantang menyerah. Nanggungkan jadinya, kalau piknik hanya setengah jalan. Apalagi batal hanya karena hujan. Akhirnya, perjalanan kami berlanjut ke pantai Parangtritis. Lagi-lagi, ini seperti nostalgia masa kecil. Lama sekali kami tak berkunjung ke mari. Sudah berapa tahun, ya? Ah, entahlah. Saya lupa.
Pantai Parangtritis memiliki garis pantai yang panjang. Belum sampai pintu masuk saja, kami sudah dapat mendengar kerasnya deburan ombak. Di sepanjang jalan menuju pantai, pasir putih bertebaran. Pasir tersebut berkilauan saat diterpa sinar matahari. Konon katanya pasir di sepanjang jalan menuju Parangtritis ini mengandung silika, bahan pembuat kaca. Hmm ...
Saat itu suasana pantai sangat ramai. Maklum hari itu bertepatan dengan hari libur. Jadi banyak orang menyempatkan diri untuk piknik. Termasuk kami, hehe ^^ Setelah menggelar tikar, tanpa dikomando, kami para anak langsung berlari ke pantai, menyeburkan diri ke air. Tapi ponakan saya ogah-ogahan. Alhasil, terjadilah konspirasi terselubung, hehe. Kami beramai-ramai mengangkatnya dan menceburkannya ke air. Bukannya senang kegirangan, eh malah dia nangis. Huaa ... Gimana sih ni anak. Apa gunanya coba ke pantai kalau nggak main air, haha (^_^!)
Menurut saya sih, pasir di pantai ini beda. Saat saya berdiri di atasnya, lalu ombang datang menerjang, semua terasa biasa saja. Namun saat airnya kembali menuju laut, kaki saya seolah tertarik dan ikut hanyut. Apalagi saat ombak besar, rasanya jadi ngeri-ngeri sedap. Tapi justru di situ keasyikannya. Butuh keseimbangan yang baik saat berdiri, terutama saat tertarik ombak. Kalau tidak maka akan terjatuh :D :D
Sebenarnya, ini juga yang diwanti-wanti oleh ibu saya. Beberapa kali beliau berteriak kepada kami untuk mundur saat ombak besar datang. Kami maklum. Ibu khawatir terhadap kami meski kami sudah bukan anak kecil lagi. Tapi justru itulah bukti bahwa ibu sayang kepada kami. Apalagi banyak kejadian orang hilang digulung ombak di pantai ini. Etapi namanya juga anak. Semakin dilarang  malah semakin maju, haha #AnakDurhaka #DijewerIbu #JanganDicontoh.


Kami menyudahi bermain air saat petang menjelang. Kami sempat menikmati indahnya matahari tenggelam. Tapi itu hanya sesaat karena ombak mulai meninggi dan ganas. Suara deburannya juga mulai menakutkan. Ini adalah petanda saatnya kami pulang.
Yeah, kami sangat senang hari itu. Selama beberapa hari kami terus bercerita tentang piknik kemarin. Apalagi dengan banyaknya foto yang kami ambil. Tapi sayangnya keceriaan itu hanya berlangsung beberapa bulan saja. Setelahnya, berurutan drama kepergian dimulai.
Dimulai dari keponakan saya yang mendadak pindah ke Tasikmalaya. Disusul dengan kepindahan adik perempuan saya setelah menikah. Dia ikut suaminya ke Bekasi. Begitu pula dengan adik lelaki saya yang bekerja di Jakarta.

Dan beginilah akhirnya. Tinggallah saya sendiri di sini, bersama ibu dan bapak. Tak ada lagi banyolan dan candaan kami yang riuh ramai. Ah, sepinyaaaa ... Tapi mau bagaimana lagi. Bukankah cerita kehidupan memang seperti ini. Ada yang datang, ada yang pergi. Yang penting silaturahim tetap berjalan dengan baik. Betul?! ^^





- Hana Aina -

Baca juga, ya ...

32 komentar:

  1. Foto memang bisa menguatkan cerita dan mengembalikan kenangan ya, Mak. Aku juga suka scrol2 IG sendiri liat2 foto2 lama dan suka amaze dengan kenangan2 di balik foto2 itu.

    BalasHapus
  2. Mba Hana, dari foto memang bisa mengaduk aduk perasaan.
    Uti baru aja dpt foto jadul yang bikin uti mberbes mili.

    BalasHapus
  3. betul mba foto memang bisa meninggalkan kenangan, kadang kalau lagi iseng sama kek mba Sari aku scroll ke bawah lalu fikran ini membayangkan kejadian seputar foto tsb.
    gudluck mba

    BalasHapus
  4. Foto emang penting ya mb utk mengulik kenangan n buat cerita..

    N foto2q di jackstar ilang,,memorinya ki rusak stelah sampe rmh

    BalasHapus
  5. Betul betul betul..

    Foto2 krucilku yg msh pada bayi..rusak ditelan virus leptop .huwaaa..nagis guling2

    BalasHapus
  6. Terkadang suka senyam-senyum sendiri saat melihat koleksi foto ya, mbak. Langsung terekam semua memori didalamnya.

    Instagramku isinya beragam, dari tempat wisata idaman, tempat paling berkesan dan bahkan jadi ajang lomba demi menggaet hadiah impian.

    Wah bisa nih ikutan giveawaynya. Siapa tahu juri suka (*_*))

    BalasHapus
  7. Foto memang penyimpan kenangan terbaik hehe

    www.extraodiary.com

    BalasHapus
  8. Mba Hanaaa..aku juga jadi teringat masa kecil waktu ibu teriak "Ita! Arin! Pepi!" waktu kami berantem-beranteman.

    Makanya bener ya kata Mas Duta Sheila on Tujuh itu, "bersenang-senanglah, karena hari ini yang 'kan kota rindukan di hari tua..."

    Semoga Mba Hana segera bisa menemukan seseorang yang akan membantu meramaikan rumah lagi yaa..aamiin.. Hihihi..tetep doanya. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku kalau denger lagu itu kok mewek, ya :'(

      Wkwk ... Aamiin ^^

      Hapus
  9. iya foto memang dokumen penting ya mbak sebagai penyimpan kenang2an

    BalasHapus
  10. Foto menjadi dokumen berharga kala kita lupa. Banyak cerita yang terkandung di sana. Kita bsia mengingat-ingat waktu lampau

    BalasHapus
  11. foto itu tak ternilai harganya ... bayangin susah susah traveling tiba tiba semua folder foto ilang ahhhhhh pasti mewek mbak

    BalasHapus
  12. ya begitulah, anak2 ku juga akhirnay semua merantau untuk kuliah dan bekerja, hanay foto2 yang kadang menemaniku kalau lagi kangen

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, ternyata kita mengalami hal yang sama ya, Mbak ^^

      Hapus
  13. Sama Mbak, kalau lg edisi kangen pada masa-masa yang sudah terlewati, saya juga suka buka-buka koleksi foto dan berasa "berada kembali" pada dimensi waktu tersebut.

    Oia, hujan di Yogya memang unik. Area yang hujan seringkali selang-seling. Jadi kadang merasa saltum saat sudah rapi pakai mantel anti hujan, eh...jarak gak ada 1 KM berikutnya terang benderang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkwk ... Saya sering kayak gitu di Solo. Tapi woles aja. Jas hujan tetap dipakai sampai rumah ^^

      Hapus
  14. dari judulnya aja udah gimana gitu bacanya...... tapi jangan foto mantan yang disimpan ya, apalagi kalau mantannya udah nikah..... ^_^

    (ranbio.com)

    BalasHapus
  15. Hallo Mbak Hana, terimakasih ikut ga saya. Senang sekali baca artikelnya. Indahnya ada kisah pada setiap foto ya...

    BalasHapus
  16. Jd ingat kakak dan ortuku mbak..
    Idem, semuanya sudah bubar.. Malah tinggal berdua, ibu-bpk saja di rumah. Makanya, klo pas ada waktu bisa ketemu semua.. (Saya 3 bersaudara juga).. Jadinya rame bnget..

    BalasHapus
  17. aku malah kangen masa SMA mak, kangen Juna waktu kecil jugaaa... :(

    iya, foto terkadang bisa jadi pengobat kenangan tapi kadang jadi pengingat yang bikin tuambah kangennn :( :)

    BalasHapus
  18. Opo kesepian mbak? wkwkwk, masa lalu, ah memang begitu

    BalasHapus
  19. sama mbak, aku belum lama merasakan hal yang sama tiba2 kok sedih dan malah kepengen balik kampung hahaha

    BalasHapus

Terima kasih telah berbagi komentar