Menu

Senin, 23 Oktober 2023

Menulis, Salah Satu Cara untuk Stress Release

  

Tahukah Anda kalau perempuan itu mengeluarkan 20K kata setiap harinya? Sedangkan pria hanya 7K kata?

Dari perbandingan jumlah kata saja sudah ketahuan, ya, siapa yang lebih ceriwis. Mungkin bisa dimaklumi juga kalau para perempuan nggak kehabisan tenaga buat terus ngomong dari bangun tidur sampai tidur lagi.

Dan katanya, kalau jumlah kata peremuan yang 20K itu belum dikeluarkan semua hari itu, perempuan bakal tidak tenang. Benar, nggak, sih?

 

Itu Sebabnya Saya Menulis

Dua puluh ribu kata setiap harinya. Kebayang nggak sih betapa berisiknya kalau semua itu diwujudkan dalam bentuk suara. Entah itu obrolan, nyanyian, omelan, dll. Itu sebabnya saya berusaha menghabiskan 20K kataku bukan hanya berwujud suara tapi juga tulisan. Ini adalah salah satu alasan saya menulis.

Saya belajar menulis (di luar pelajaran sekolah, ya) saat duduk di sekolah dasar. Saat itu saya mulai menulis diary. Hampir setiap hari sya menumpahkan semua perasaanku di diary dengan kertas berwarna warni dengan aroma wangi. Sayangnya, saya hanya bertahan beberapa bulan saja. Sebuah kejadian tidak menyenangkan terjadi.

Saat itu, beberapa temanku sudah memiliki diary yang dilengkapi dengan gembok dan kunci. Menurutku ini lebih menarik dan aman. Apapun yang ditulis di dalamnya tidak akan bisa dibaca sembarang orang.

Berbeda dengan diary milikku yang tanpa gembok dan kunci. Suatu hari orangtuaku menemukan diary itu lalu membaca semua tulisanku di sana. Saya merasa marah, kecewa, sekaligus sedih. Saya menganggap, diary adalah sebuah privasi. Semenjak itu saya tidak pernah menulis diary lagi, hiks.  

Setelah bertahun tidak menulis, saya kembali menemukan keasyikan menulis saat duduk di sekolah menengah atas. Saat itu saya menulis untuk majalah dinding (mading) sekolah. Ini salah satu bagian dari kegiatan ekstrakulikuler jurnalistik. Posisiku saat itu sebagai sekretaris redaksi. Saya juga diamanahi menulis beberapa rubrik di majalah. Karena lagi semangat-semangatnya, sekalian saja saya menulis artikel yang kemudian kukirim ke bulletin sekolah.

Saya ingat betul, artikel pertamaku di bulletin sekolah bertema tentang kegemaran membaca. Alhamdulillah, artikelku dimuat. Mungkin bagi sebagian orang terlihat sepela, tapi bagiku bangganya bukan main.

Tulisanku disebarkan ke seluruh masyarakat sekolah. Adik kelas, teman senagkatan, kakak kelas, juga para guru membaca tulisanku. Coba tebak, berapa honorku? Goceng alias 5K rupiah, wkwkwk. Lumayanlah, ya. Dengan uang segitu (zaman itu) bisa buat beli semangkuk bakso komplit dengan es teh dan rambak, haha.

Kegemaranku menulis pun bertambah saat kuliah. Untuk pertama kalinya saya memiliki pengalaman mewawancarai seorang narasumber lalu mengolah hasil wawancara itu menjadi sebuah artikel. Yup! Saya belajar jurnalistik. Bahkan saya mendapat kesempatan magang menjadi penyiar di salah satu radio di kotaku dan mengampu acara mahasiswa dengan konsep majalah radio.

Selepas kuliah, saya malah kembali hiatus menulis. Sebagai fresh graduate, saya lebih fokus bekerja lalu lupa menulis. Namun seiring berjalannya waktu, saat usia semakin dewasa, saat banyak permasalahan hidup mulai menghampiri, saya kembali rindu menulis.

 


Baca juga >>> Inilah 5 Alasanku Mulai Ngeblog

 

Manfaat Menulis Sebagai Stress Release

Ada satu ungkapan yang menjadi pedomanku saat ini.

Ketika kamu sedang overthinking, menulislah!

Ketika kamu sedang low motivation, membacalah!

Saya sangat merasakan perbedaan saat mulai memasuki masa dewasa. Seolah permasalahan hidup di pundak semakin berat, semakin banyak yang harus dipikirkan. Salah satu yang kentara sekali adalah, saya sering overthinking. Ini lebih ke rasa cemas dan was-was pada sesuatu yang belum tentu terjadi di masa depan. Otak serasa berjalan sendiri berandai-andai dan membayangkan sesuatu yang mengerikan bakal terjadi. Di momen inilah, saya kangen menulis.

Saat perasaan kurang nyaman dan overthinking datang, saya menuliskannya di selembar kertas. Saya menuliskan semua kekhawatiran. Yup! Saya masih trauma dengan diary. Saya sudah terlanjur nyaman mengungkapkan uneg-uneg dalam selembar kertas dengan harapan setelah selesai, saya bisa langsung menyobek dan membuangnya.

Pada momen ini, saya mulai merasakan ketenangan setelah selesai menulis. Rasanya plong. Dan sejak saat itu saya mulai menulis lagi. Tidak jarang, menulis yang awalnya hanya untuk mengungkapkan keruwetan pikiran dan perasaan, malah memberiku inspirasi untuk mengubahnya menjadi artikel.

Beberapa kali saya menulis artikel di blog berdasarkan hasil perenungan permasalahan yang kualami. Salah satunya saat saya pindah kerja. Salah satu divisi di tempat kerjaku yang baru, sangat mengedepankan senioritas. Bahkan saya yang meski anak baru tapi bukan berada di divisi itupun kena imbasnya.

Beberapa kali saya mendapat perlakuan kurang menyenangkan. Untungnya saya orangnya cuek. Namun setelah mendapatkan curhatan rekan kerja yang kebetulan berada di divisi tersebut, saya memberanikan diri menulis sebuah artikel tentang itu di sini – Lakukan 10 Trik Ini Agar Anda Mampu MelewatiSenioritas di Kantor.

Saya mulai menikmati proses menulis dan mendapatkan manfaat kegiatan ini. Selain mengatasi overthinking-ku, menulis juga mampu menjaga kewarasanku.

  • Salah satu cara paling tenang untuk melampiaskan emosi. Entah itu saat marah, kecewa, sedih, atau apapun emosi yang kurasakan, saya mengungkapkannya dengan menuliskannya di selembar kertas. Ini persis sama seperti apa yang kulakukan dulu: menyobek dan membuangnya setelah puas mengungkapkan semua uneg-unegku. Tidak perlu bersuara tapi perasaan plong dan tenang setelahnya tetap kudapatkan.
  • Membantuku mengatur kegiatan harian. Ini kulakukan dengan menulis bullet journal. Salah satu bagian di bullet journal adalah to do list. Saya melakukan manajeman waktu dan kegiatan dengan menuliskan sekaligus mengelompokkan, mana kegiatan penting yang harus segera diselesaikan, mana kegiatan yang masih bisa dikerjakan sambil jalan. Semua lebih teratur dan saya tidak membebani otak dengan teris menerus  menerus mengingat. Otak menjadi lebih rilek.
  • Membantuku mengembangkan memetakan masalah sekaligus mencari jalan keluar. Saya biasa menuliskan masalah yang sedang kuhadapi lalu melakukan evaluasi sekaligus mencari jalan keluar dengan cara brainstorming. Dengan menulis, saya lebih mudah melihat secara menyeluruh permasalahan yang saya hadapi dan mengevaluasinya lebih dalam.
  • Mengambangkan imajinasiku. Saya mulai menulis fiksi. Semua berawal dari kegemaranku membaca. Beberapa kali saya merasa kurang puas dengan ending cerita yang kubaca. Saya punya opini sendiri tentang akhir cerita tersebut. Padahal hanya fiksi, tapi ternyata berdampak pada rasa gemas dan kurang puas. Saya pun mulai menulis ending cerita versiku. Dari sinilah, saya merasa ingin menulis ceritaku sendiri, berdasarkan imajinasiku.

 

Baca juga >>> Kisah di Balik Nama Blog Coretan Hana

 

Sampai saat ini saya masih menulis. Ternyata dari sebuah kegiatan sederhana, yaitu menulis, saya bisa merasakan perubahan hidup ke arah lebih baik. Ini terutama menyangkut dengan kesehatan mental. Saya bisa meluapkan ganjalan emosi dan perasaan, serta pikiran tanpa harus berisik. Tetap kalem dan tenang. Apakah Anda juga suka menulis seperti saya? Apakah Anda juga merasakan hal yang sama? Komen di bawah, ya!

 

~ Hana Aina ~

 

 

Baca juga, ya ...





 

1 komentar:

  1. Pengalaman diary pernah dibaca Ama ortu, aku juga ngalamin mba. Dan marah banget rasanya. Seperti privacy kita diinjek2 kan. Makanya aku memang ga terlalu dekat Ama ortu ya Krn mereka anggab anak ttp msh jadi hak milik mereka yg artinya semua privacy juga bisa mereka terobos.

    Makanya aku ga mau ngelakuin yg sama ke anak2. Aku hrs hormatin privacy mereka. Taruhannya hubungan kami bisa memburuk kalo aku ngelakuin kesalahan sama.

    Aku menulis supaya ga lupa. Krn sadar diri banget, aku pelupa. Kalo dipikir sayang aja semua pengalaman traveling dan kuliner ku kalo ga didokumentasikan.

    Toh kalo seandainya aku pengen balik lagi ke tempat itu, udah tahu hrs mencari kemana 😄. Bonus buatku kalo sampe temen2 lain terbantu dengan informasi yg aku tulis.

    Makanya susah utk berhenti menulis blog. Selain healing terapi biar ga stress tapi juga membantu utk merefresh ingatan

    BalasHapus

Terima kasih telah berbagi komentar