Jumat, 28 Desember 2012

Tema Klise Seperti Apa Sih?

By. Ari Kinoysan Wulandari




Klise itu kalau temanya sudah umum, biasa, dan cenderung basi.

Contoh klise, kalau ceritamu membahas:
1. Cowok/cewek urakan jadi alim
2. Bintang basket pacaran sama primadona sekolah
3. Sahabat jadi pacar
4. Mantan yang mengacau
5. Orang mau mati menemukan pencerahan
6. Putus cinta dan musuhan
7. Orang kaya jatuh cinta sama orang miskin (sinetron banget)
8. Gadis miskin cantik baik hati bertemu lelaki sempurna, menikah, bahagia
9. Perjodohan
10. Serba sempurna; cantik, pinter, kaya, salih, tabah, ngerti trend, nggak ada cela; dikelilingi orang-orang sempurna pula (ini chicklit banget)

Apa tidak boleh menggunakan tema klise? Boleh banget... Asal, kemasan cerita beda, penulisan kamu keren, info kamu penting.... dari keseluruhan cerita jadi oke, menarik, dan menyenangkan.

Cerita klise yang oke misalnya seri Twilight; Throught the Glass, Darkly; Alice in the Wonderland; Cinderella; Boy Meet Girl; dll yang bisa kamu tambahkan sendiri dengan mudah.

Menulis memang tidak harus yang ribet. Yang simpel saja, yang dekat, yang dikenali, yang dikuasai; tapi pastikan menulisnya dengan cara yang bagus dan menyenangkan.

Happy Writing, Be a Good Writer :)

Kamis, 27 Desember 2012

Inilah 8 Kesalahan Penulis Fiksi Pemula

Kamis, 12 April 2012, 14:07 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, Penulis beberapa novel fiksi populer, Clara Ng, menyebutkan beberapa kelemahan para penulis fiksi pemula. Kesalahan ini merujuk pada formula penulisan yang kurang tetap, sehingga cerita menjadi kurang berkesan. “Ibarat kue, kesalahan naskah fiksi ini membuat naskah menjadi fiksi yang rusak. Seperti kue yang gagal mengembang,” ujarnya melalui akun twitter clara_ng.

Beberapa kesalahan itu adalah :

Penuturan konflik:

Konflik adalah perlawanan atas segala seuatu yang diperjuangkan karakter. Konflik adalah arus balik kesalah. Sandaran fiksi adalah konflik, bukan pada konsep cerita. Konsep cerita sebagus apapaun akan hancur tanpa kehadiran konflik.

Konflik adalah nyawa. Seperti tangga, konflik harus digambarkan bertahap, dari kecil hingga membesar. Konflik juga seperti bayi, harus bertumbuh. Konflik yang stagnan hanya akan membuat fiksi menjadi mati.

Pembukaan yang lemah:

Pembukaan yang lemah artinya pembukaan yang tidak memperlihatkan konflik. Konflik seharusnya sudah membayang muncul di pembukaan cerita atau prolog. Pembukaan yang salah adalah pembukaan yang mengabaikan atau menahan konflik.

Penyelesaian konflik yang lemah:

Konflik yang sudah menghantui naskah sejak awal, harus ditutup dengan penyelesaian yang kuat. Penyelesaian yang lemah artinya konflik yang dibangun hanya selapis tipis. Lemahnya penyelesaian bisa disebabkan antara lain karena si karakter keluar dari masalah dengan bantuan.

Karakter tidak berjuang:

Ada tokoh atau situasi lain yang serta merta menyelamatkan dia dari konflik. “Tokoh harus berjuang menyelesaikan masalahnya. Boleh mendapat bantuan tidak langsung, tapi penyelesaian harus tetap dilakukan di tokoh utama. Hindari aksi serobot,” kata Clara.

Dialog yang bertele-tele:

Dialog yang ‘garing’ tanpa tujuan yang jelas hanya akan membuat fiksi diam di tempat. Pada naskah humor pun, dialog harus mengacu pada rumus yang berlaku. Ada tengah, ada konflik, ada kick-ass-nya. Tnapa itu, gumor akan mati dalam dialog.

Kalimat-kalimat yang tidak patuh pada aturan Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia itu susah. Kita semua harus belajar bahasa Indonesia dimulai dengan yang sederhana, yaitu Subjek-Predikat-Objek-Keterangan (SPOK).

Tanda baca yang tidak pada tempatnya:

Ini akibat penerapan bahasan Indonesia yang tidak maksimal. Kesewenang-wenangan tanda baca seperti seorang yang menyetir mobil dengan ugal-ugalan. Tnada baca sama dengan rambu lalu lintas. Tidak taat rambu hanya akan menghasilkan banyak kecelakaan.

Setting yang terlupakan:

Setting yang terlupakan, berarti isi cerita hanya didominasi dengan dialog.

Clara juga menyarakan para penulis baru untuk menghindari membuat buku yang masuk kategori junk-book. Termasuk dari jenis ini adalah buku-buku yang gagal membuka wawasan pembacanya, hanya mengejar kuantitas tanpa menaruh perhatian pada kualitas. “Jangan sampai industri penerbitasn di Indonesia dipenuhi buku tanpa kualitas. Buku adalah gerbang utama masa depan." @


 

Maklumat dari Koran MEDIA INDONESIA.

Memasuki tahun 2013 Media Indonesia akan kembali mempersembahkan Rubrik Cerpen yang akan terbit tiap hari Minggu.

Syarat naskah:
1. Cerpen karya asli (bukan plagiat), bukan saduran atau terjemahan.
2. Naskah belum pernah dipublikasi dan tidak sedang dikirim ke media lain.
3. Panjang tulisan maksimal 9.000 karakter termasuk spasi atau 4 halam kuarto.
4. Tenggat konfirmasi dari redaksi 2 bulan.
5. Dua bulan tanpa konfirmasi, naskah dianggap tdk sesuai.
6. Kirim via email dengan lampiran disertai kata pengantar pada badan email.
7. Naskah disertai biodata singkat, alamat lengkap dan nomor rekening.
8. Pada subjek email cantumkan: CERPEN MI: JUDUL CERPEN.
9. Naskah dikirim ke cerpenmi@mediaindonesia.com

NB: Honor tak kalah dengan Kompas, mungkin antara 750 ribu s/d 1 juta

Selasa, 25 Desember 2012

PING YANG GAK PINK

By. Hana Aina
--------------------------------------------------------------------



Add caption
     Sepulang sekolah Jhenny ngajak Joni ketemuan di kantin belakang sekolah. Saat itu sudah sepi.
     “Beib, jangan makan emping terus, yang lain, dong,” kata Jhenny sambil manyun. Jono yang sedari tadi asyik ngunyah emping terdiam. Remahan emping masih tertahan di mulutnya. Jhenny memperhatikan beberapa makanan ringan yang terhidang di hadapannya. Sepiring donat bolong, singkong keju, tempe penyet dan pisang madu, sudah semua dicicipin Jhenny. Sedang Jono hanya setia pada empingnya. Jangankan mencoba yang lain, melirik pun tidak.
     Jono terdiam menelan lambat emping yang tertahan di tenggorokannya, sesaat kemudian melanjutkan ngemilnya. Jhenny yang sedari tadi bersamanya ngerasa dicuekin  mengeluarkan si Cuping dari boxnya. Ya,
Cuping si kucing kesayangannya. Dia juga membawanya ke sekolah. Hanya saja tak dibawa masuk kelas, tapi dititipkan pada bu Darni, penjaga kantin sekolah.
     Jhenny membelai lembut bulu
Cuping yang putih bersih. Di rapikannya pita warna pink yang menghiasi bulu kepalanya yang sengaja di kuncir sedikit. Cuping yang merasa mendapatkan perhatian lebih mengibas-ibaskan ekornya tanda suka.
     Jono melirik pada Jhenny, “kenapa si
Cuping terus yang belai. Sekali-kali aku. Dicium gitu juga mau,” kata Jono, manyun.
     “Ih, maunya,” jawab Jhenny singkat. Jhenny menggendong
Cuping dalam pelukannya, Sesekali diciumnya kucing Persia berbulu lebat yang sudah hampir satu tahun ini setia menemaninya.
     “Beib, udah dong. Jangan
Cuping terus yang diurusin. Empet tahu lihatnya,” pinta Jono sambil terus ngemil.
     “Kamu juga, Beib. Udahan ngemil empingnya. Nggak tahan tahu sama aromanya,” balas Jhenny sambil sekali-kali ngelirik ke Jono.
    “Tapi ini kan enak,” ujar Jono sambil memperlihatkan sebuah emping ditangannya yang tak lama kemudian masuk ke mulutnya.
     “Sama. Ini juga asyik, “ Jhenny nggak mau kalah.
     Mereka terdiam dan saling beradu pandang. Sesaat kemudian mereka kembali dengan keasyikannya masing-masing. Jono dengan empingnya sedang Jhenny dengan kucingnya.

***

      Saat jam istirahat Jhenny merapat ke Jono yang sedang menikmati soto ayam di kantin. Jhenny langsung duduk di sampiung Jono. Jono yang kaget tak kuasa menelan nasi soto yang ada di mulutnya. Alhasil, dirinya terdesak lalu terbatuk.
     “Eh, Beib, maaf,“ Jhenny yang sadar akan tingkahnya telah membuat Jono tersedak hingga wajahnya merah padam mengambil teh hangat di dekat mangkok, lalu memberikannya pada Jono. Jono dengan cepat menerimanya lalu menyeruputnya perlahan hingga sisa-sisa nasi yang menyangkut di kerongkongannya tersapu semua masuk ke dalam perut.
     “Ada apa sih, Beib, kok segitunya?” tanya Jono sambil sesekali terbatuk.
    Jhenny cemberut. "Kita gak bisa nge-ping lagi" katanya. Jono terkejut mendengar kata-kata Jhenny. Ia menelan ludah perlahan.
     "Maksudmu, cinta kita gak lagi merah jambu?" tanya Jono. Matanya berkaca, suaranya bergetar.
     “Bukan itu,” katanya sambil mengusap air mata yang jatuh di sudut matanya. Ia terisak.
     “Si
Cuping mati,” katanya singkat, ”ketabrak mobil pagi tadi,”
     “Oh, aku kira apa,” Suasana hati Jono kembali normal setelah mendengar penjelasan singkat dari Jhenny. Paling tidak bukan cinta Jhenny padanya yang mati. Tapi si
Cuping , kucing Jhenny yang selama ini jadi uring-uringan antara Jhenny dengannya.
     “Kok kamu gitu sih? Nggak sedih ya?” Jhenny melihat ke arah Jono, sedikit heran.
     “Eh, bukan gitu, Beib,” Jono berusaha pasang wajah sedih. “Tapi apa hubungannya kematian
Cuping dengan kita?”
     “Tentu saja ada. Setiap kita kencan, kamu selalu bawa emping, aku selalu bawa si
Cuping. Nah, kalau sekarang Cuping nggak ada lagi, aku nggak ada teman dong buat nge-ping lawan kamu,” kata Jhenny, sedikit mewek.
     “Oh,” ekspresi Jono sedikit bingung.
     “Mulai sekarang, aku nggak mau lagi dengar kata ping, termasuk emping kamu itu,” kata Jhenny sambil menahan tangis.
     “Besok valentine pun aku nggak mau ada warna pink,” tambahnya.
     “Lho, kok?” Jono tambah bingung.
     “Mau ping atau pink, aku nggak peduli,” ujar Jhenny sambil mengambil secarik tisu dari kantong seragam atas. Disekanya air mata yang sedari tadi membasahi matanya.
     “Tapi kan beda, Beib,” Jono coba menjelaskan.
    “Tapi kan kalau didengar sama bunyinya,” Jhenny tetap kekeh. Diulangnya dua kata yang homofon itu, “Ping. Pink,”
     “Tapi, Beib, kalau valentine kan identik sama warna itu,” Jono nggak mau kalah.
     “Nggak mau. Ganti warna lain. Merah kek, ungu kek. Pokoknya bukan pink,”
    “Eh, iya deh,” Jono tersenyum kecut. Nasi soto yang masih hangat dengan sambal kecap dan taburan bawang goreng serta percikan jeruk nipis tak membangkitkan seleranya lagi. Dia teringat hadiah yang sudah disiapkannya untuk Jhenny. Rencananya akan diberikan waktu valentine yang akan datang beberapa hari lagi.

***

     Jono mengendarai sepeda motornya perlahan. Baru saja ia mengantar Jhenny pulang ke rumah setelah seharian mereka jalan-jalan.
    Valentine sudah berlalu. Pink tak ada lagi. Ia telah mengubah hadiah bantal jantung hati yang semula berwarna pink menjadi ungu, sesuai dengan permintaan Jhenny. Meski dia harus rela tangannya belepotan karna merendam bantal itu sehari semalam dalam pewarna tekstil. Tapi dia rela. Asal Jhenny bahagia.
    “Demi Jhenny apapun akan aku lakukan, kecuali yang satu ini,” Jono berhenti di sebuah taman di tengah kota. Ia mengeluarkan bungkusan kecil dari kantong jaketnya. Angin berhembus sepoi.
    “Sorry Beib, aku memang cinta kamu. Tapi aku lebih cinta empingku,” kata Jono sambi tertawa geli. Ia ingat janjinya pada Jhenny yang gak akan makan emping lagi. Tapi itu kalau bersama Jhenny. Tapi kalau dia sedang sendiri, siapa lagi teman setianya kalau bukan emping.


THE END

Sabtu, 22 Desember 2012

MAAFMU

By. Hana Aina
-----------------------------------
“Terima kasih. Kau telah mempermudah jalanku,” suara David disusul tawa yang membahana.
Aku merasa bodoh sekarang. Pesona David telah memperdayaiku. Seharusnya aku tidak menghiraukan ajakan David untuk bersekongkol menjatuhkan kakakku, mengalahkannya dalam pencalonan ketua OSIS. Sikap licik David telah berhasil membuatnya kalah telak dengan suara hanya 181. Itu sangat jauh dibanding suara yang didapat David, 419 suara.
“Maafkan aku,” pintaku pada Kak Irfan yang duduk di depanku. Ia hanya tediam, menahan marah. “Aku tak bermaksud menjelek-jelekkan kakak,”
“Aku hanya kesal pada kakak karena tidak memasukkan aku sebagai tim sukses,”
“Kau tidak masuk saja telah berhasil membuat semuanya jadi berantakan, bagaimana kalau masuk, pasti semua hancur,”
Kak Irfan terdiam lalu membuang nafas panjang. Ia berdiri dan meninggalkanku dalam kedaan bersalah. Image yang ia bangun selama 3 tahun di SMU sebagai siswa teladan dan berprestasi aku runtuhkan begitu saja dalam sehari. Mungkin, tak akan ada pengampunan darinya, meski ribuan maaf telah aku lontarkan.
***
Pelantikan ketua OSIS segera dimulai. Semua murid berkumpul di lapangan layaknya upacara. Aku sengaja mengambil barisan paling depan agar aku bisa melihat dengan jelas wajah kemenangan David. Saat kepala sekolah mengumumkan ketua OSIS yang baru, David berjalan maju ke mimbar. Aku pun tak sabar mengikutinya maju ke depan.
“Rifka?” tanya kepala sekolah, heran melihatku maju ke depan. David yang berdiri di sampingku menahan amarah. Wajahnya merah padam.
“Maaf, Pak, jika saya lancang. Ijinkan saya berbicara sesuatu,” tanpa persetujuan kepala sekolah segera aku ambil mic.
“Pemimpin adalah teladan. Dia harus punya sikap yang jujur dan kesatria. Bukan pengecut dan licik,” mendadak aku seperti berorase di depan publik.
“Apa maksudmu?” tanya kepala sekolah, bingung dengan apa yang sebenarnya yang ingin aku katakan.
“David telah berbuat curang. Ia meminta saya untuk menfitnah calon ketua OSIS yang lain, Irfan Dwi Pratomo,” tak tahan rasanya aku menyimpan kebenaran itu sendiri. Aku ingin semua tahu bahwa desas desus yang mengatakan bahwa Kak Irfan pengguna narkoba adalah tidak benar.
“Kau memfitnah kakakmu sediri?” tanya kepala sekolah, tak percaya. Aku hanya mengangguk, penuh penyesalan.
“Bohong. Dia bohong, Pak,” David berusaha mengelak. “Jangan asal tuduh. Kalau tak punya bukti, itu fitnah,”
“Aku punya buktinya,” aku mengeluarkan ponsel dari saku baju. Memutar rekamannya lalau mendekatkannya ke mic agar semua mendengar.
Untung saat itu aku sempat merekam pembicaraan saat David memintaku membantunya melancarkan siasat liciknya. Sebagai gantinya, dia akan menjadikanku kekasihnya. Itulah kebodohanku. Tersihir oleh pesona ketampanan David, hingga mau melakukan apa saja untuknya.
“Itu suaramu, kan, David?” tanya kepala sekolah, mempertegas.
“Itu…” David kehilangan kata-katanya. Ia tak mampu lagi menutupi kebohongannya.
“Ya, benar. Itu suara David,” salah satu murid di barisan tengah tiba-tiba berteriak.
“Saya di sini untuk mengungkapkan kebenaran, sekaligus meminta maaf pada kak Irfan, kakak saya, calon ketua OSIS sekolah kita,” kataku, penuh harap kak Irfan mau memaafkan.
“Pemilihan harus diulang, Pak,” teriak murid yang lain.
“Setuju..!!!” murid-murid mulai ricuh.
“Baiklah. Meski kita telah kehilangan banyak waktu dan tenaga, tapi demi kejujuran dan sportifitas, akan diadakan pemilihan ulang besok pagi,” ujar kepala sekolah menenangkan.
***
“Kejujuran itu terkadang harus dibayar dengan mahal, ya,” kataku pada kak Irfan yang duduk di sampingku sambil menikmati es krim coklat yang mulai lumer. Siang itu, di warung belakang sekolah, terasa sejuk. Bukan hanya karena kami sedang menikmati es krim, tapi juga karena ketegangan di antar aku dan Kak Irfan mulai mencair.
“Apa kau tidak menyesal?” tanya kak Irfan. Pertanyaannya mengandung banyak makna untukku.
“Menyesal untuk apa?” tanyaku.
“Tidak jadi kekasihnya David,” jawab Kak Irfan sambi melirik ke arahku.
“Sepertinya lebih enak jadi adik kak Irfan dari pada kekasihnya David. Setiap hari ditraktir es krim,” kataku sambil terkekeh.
“Ih, maunya,”

THE END

Jumat, 21 Desember 2012

Lihatlah, Bu!


By. Hana Aina



Bu, lihatlah!
Mobil-mobil mewah berlalu lalang
seumpama angin, riang tanpa beban
dan aku berdiri di antaranya
terombang ambing
di tengah pusaran jaman 


Bu, kemanakah aku harus mengadu?
jika hukum tak lagi berpihak padaku
saat sehat adalah mahal karena aku tak mampu
atau bodohku karena tak menuntut ilmu

Lihatlah aku, Bu!
tinggal kulit membalut tulang
terkungkung, menjadi bulanan para dewan
mereka bilang, bicara atas namaku
padahal, siapa mereka?
aku tak tahu
 

Masihkah kau dengar keluhku, Bu?
perutku tak lagi terisi, karena kini
beras adalah emas
dan tangis para bayi menjadi harmoni
karena susu yang tak terbeli 


Bu, jangan berdiam diri
berbuatlah sesuatu
kepada siapa lagi aku akan mengadu
selain padamu,
Ibu Pertiwi-ku

Jumat, 30 November 2012

GIZI MENULIS [3] TIPS: Jangan Buang Waktu Pembaca

By. Hengki kumayandi

KURT VONNEGUT adalah seorang penulis satir, humor dan fiksi ilmiah dengan reputasi raksasa. Lahir di Amerika Serikat, ia sempat menjadi prajurit dalam periode Perang Dunia II. Karya-karyanya telah mendulang banyak pujian di kalangan pembaca dan sesama sastrawanseperti Slaughterhouse Five, Cat��s Cradle dan Breakfast of Champions.


Selain itu, ia juga banyak menerbitkan cerita-cerita pendek di sejumlah majalah dan jurnal sastra kenamaan dunia. Berikut adalah 8 tips sederhana yang ia berikan di sebuah lecture universitas tentang cara menulis cerita yang efektif:


- Gunakan waktu pembaca dengan bijaksana agar mereka tidak merasa seolah waktu mereka terbuang dengan membaca tulisanmu.


- Berikan setidaknya satu karakter yang bisa dijuarakan oleh pembaca.


- Setiap karakter harus punya keinginan, meskipun keinginan itu sangat sederhana seperti segelas air minum.


- Setiap kalimat harus melakukan satu di antara dua hal berikut: memperkuat karakter atau memajukan aksi dalam cerita.


- Mulailah sebuah cerita sedekat mungkin dengan ending cerita.


- Jadilah penulis yang SADIS. Tak perduli seberapa baik dan suci karaktermu, biarkan kejadian-kejadian buruk menghampirinya agar pembaca dapat melihat seperti apa sifatnya.


- Menulislah untuk memuaskan satu orang saja. Jika kau membuka jendela dan berusaha untuk menghirup semua udara yang ada, maka ceritamu akan terjangkit radang paru-paru.


- Berikan informasi selengkapnya dan secepat mungkin kepada pembaca. Jangan pikirkan masalah suspens. Pembaca harus mengerti benar apa-apa yang terjadi dalam ceritamu, di mana kejadian bertempat dan kapan, sehingga mereka bisa menyelesaikan cerita itu sendiri dengan menggunakan logika mereka. Siapa tahu halaman terakhir ceritamu digerogoti serangga.


Semoga menginspirasi. :)


------------------------------------------

Sumber : Kelas On Line Bimbingan Menulis Novel 

Tetralogi “Drunken” dalam Sastra Indonesia

By. Hendra Veejay

Teman-teman, maaf... bukan sok pinter, tapi saya mau posting satu tulisan lama saya. Essay ini pernah dimuat di Sabili, dan rasanya akan nyambung sama materi tulisan humor yang kemarin dibawakan dengan mantap oleh kang Haris Firmansyah. Semoga bisa menambah-nambah ilmu teman-teman terutama dalam teori bisosiasi, teori ketidaksejajaran (incongruity theory), teori konflik (conflict theory), dan teori pembebasan (relief theory) yang keempatnya memang membentuk humor itu sendiri. Mohon maaf kalau tidak berkenan... 


  Pada bulan Agustus 2009, Pidi Baiq kembali mengeluarkan sebuah buku untuk melengkapi trilogi Drunken yang sudah terbit sebelumnya (Drunken Monster, Drunken Molen dan Drunken Mama), bukunya kali ini berjudul “Drunken Marmut”. Dilihat dari jenisnya, buku ke empat ini tidak berbeda dari pendahulunya, yang masih mengusung kisah sehari-hari dengan dibungkus oleh humor.

Kalau diperhatikan, di dunia perbukuan Indonesia sudah bertebaran ratusan judul buku humor, semuanya berusaha tampil beda dan mengusung sesuatu yang unik meski pada akhirnya mereka harus menyerah lagi pada kondisi pasar yang mulai jenuh pada humor yang berulang-ulang.

Faktanya, di balik situasi ini buku-buku Pidi Baiq bisa bicara banyak pada pembaca. Padahal jelas Pidi menjual humor bukan lewat popularitas seperti kebanyakan komedian nasional yang membuat buku humor. Popularitas Pidi adalah popularitas lokal, bahkan sebelum “Drunken Monster” terbit sebenarnya tidak banyak orang tahu kalau ada manusia bernama Pidi Baiq.

Jadi sebenarnya apa yang ditawarkan oleh Pidi lewat bukunya? Lebih jauh lagi, apakah tetralogi Drunken memiliki “konsep humor” yang benar?

Pertanyaan ini terjawab bila kita memahami apa definisi dari humor. Sebelumnya kita lihat dulu pernyataan Arswendo Atmowiloto yang mengatakan bahwa humor hakikatnya tak lain dari “logika bengkok” atau plesetan.

Pernyataan ini bisa saja kita terima, tapi pengertian “logika bengkok” masih terlalu luas karena bisa diterapkan pada humor-humor slapstick (humor-humor yang bersifat fisik, dan sering dianggap jenis humor paling rendah) hingga ke humor situasi yang canggih seperti episode “Mad About You” atau kartun-kartun “Far Side Gallery” karya Garry Larson. Jadi untuk menemukan jenis humor yang diusung Pidi Baiq, mari kita persempit ruang bahasan ini.

Teori Humor Sigmund Freud dan Teori Bisosiasi
Humor berasal dari bahasa Latin, umor yang berarti cairan, dan Sigmund Freud memilah humor menjadi tiga jenis yaitu comic, humor, dan wit. Apakah ini?

Pengertiannya begini, sebuah comic tidak memerlukan logika dan hanya mengejar kelucuan semata, lalu humor adalah humor yang ditujukan untuk menyindir dan menertawakan diri sendiri, sementara wit adalah humor yang memerlukan pemikiran untuk memahaminya

Ketiganya ternyata ada dalam tertralogi Drunken. Untuk comic contohnya : “Bang lokasi syuting G30 S PKI yang kedua di mana ya?” tanya saya sama si sopir (Drunken Molen, hal 102).

Lalu untuk humor : …tapi kan anak titipan Tuhan / … / berarti terserah Tuhan dong mau nitip kapan? / … / Kalau Tuhan nitipnya pas kami belum nikah? / Berarti kamu dosa! / Kok, Tuhan yang nitip malah kami yang dosa? (Drunken Mama, hal 110).

Lalu wit : …mengapa Tuhan tidak menampakkan dirinya?… / … karena, ya itu, kalau Tuhan menampakkan dirinya, berarti Tuhan tidak adil. / Kenapa? / Iya, berarti kasihan orang buta… (Drunken Mama, hal 88)

Selain itu ada lagi teori yang bisa dipakai untuk mengukur kelengkapan tetralogi Drunken, yaitu teori bisosiasi. Menurut teori bisosiasi, yang mendasari semua humor adalah kondisi penyatuan dua ide, dua hal, dua dunia, atau dua situasi yang berlainan, dan akhirnya terasa ganjil, bertentangan, tidak pantas, dan tidak logis (Sisk dan Sounders, 1972; Levine, 1972; Blistein, 1977).

Berbanding lurus dengan itu, konsep humor harus bermuara pada tiga teori utama, yaitu teori ketidaksejajaran (incongruity theory), teori konflik (conflict theory), dan teori pembebasan (relief theory) (Wilson, 1979). Dari ketiganya, dua teori pertama sangat relevan dikaitkan dengan teori bisosiasi. Kita akan coba lihat kedua teori ini dalam tetralogi Drunken

Pertama, teori ketidaksejajaran memandang humor sebagai penggabungan dua makna atau penafsiran yang berbeda ke dalam satu objek, misalnya : “Aneh, kenapa sih perempuan itu nggak mau dimadu. Kan manis, Ibu? Sehat.” / “Dimadu, Sayaaang, bukan diberi madu!” lanjut istri saya… (Drunken Mama, hal 84). Di sini terjadi humor verbal yang terbangun karena ada ketidaksejajaran antara rasa madu yang manis dengan “dimadu” dalam hubungan kasih sayang yang jelas menyakitkan.

Lalu yang kedua, teori konflik menerima humor sebagai penjajaran dua atau lebih situasi yang bertentangan ke dalam satu konteks (Wilson, 1979: 11). Misalnya : “Dua mendatar. Lima kotak. M-O-B-I-L” / “Pertanyaannya apa bos?” / nggak usah lihat pertanyaannya. Langsung saja.” / … / Hanya butuh beberapa menit untuk menyelesaikan satu TTS di halaman itu / “Sekarang lihat pertanyaannya. Nomor satu mendatar, Yat… makanan atau sesuatu yang dipakai untuk memikat atau menangkap binatang?... Jawabannya : MOBIL… Mobil itu bisa dipakai untuk menangkap binatang Yat!” (Drunken Molen, hal 75-76). Di sini jelas sudah terjadi sebuah penyejajaran dua situasi bertentangan. Padahal dalam kondisi normal, harusnya jawaban TTS yang diminta adalah kata “Umpan”, tapi ternyata kata “Mobil” pun bisa masuk ke sana.

Dari sudut pandang teori Freud dan bisosiasi tadi, tidak berlebihan bila tetralogi Drunken disebut sebagai naskah humor yang cukup lengkap, artinya naskah ini tidak terjebak pada stereotipe kumpulan lelucon pendek. Bahkan rasanya bila dibandingkan dengan buku-buku humor dari luar, tetralogi Drunken—secara bentuk tulisan—sudah layak disejajarkan dengan kumpulan esai humor nonfiksi karya Dennis Miller, atau Roy Blount Jr.

Buku ini pun bisa menjadi penyeimbang dari beberapa jenis buku humor yang “menganggap enteng” penulisan humor. Sebab di Indonesia, kebanyakan penulis humor masih menganggap humor tulisan sama dengan humor pementasan. Ini yang membuat sejumlah pelawak “latah” menulis buku dengan sekadar menyusun kumpulan lelucon dan mengubah tokohnya menjadi nama mereka.

Lantas ada pertanyaan baru yang muncul, secara humor memang buku ini memiliki “syarat-syarat” yang lengkap, tapi dimana posisinya dalam dunia sastra Indonesia?

Humor dalam Sastra Indonesia
Dalam sastra Indonesia, humor bukanlah hal yang asing. Puisi-puisi Joko Pinurbo atau Godi Suwarna seringkali memuat humor yang menjadi ciri khasnya. Dalam sastra, humor terbangun tidak lewat konsistensi mengikuti standar cerita, tetapi justru lewat penyimpangan terhadap konvensi sastra, konvensi budaya, dan konvensi bahasa.

Namun semua penyimpangan ini tetap harus memperhatikan pembaca, karena setiap lapis intelegensi, budaya, usia, maupun geografi, akan berpengaruh terhadap kemampuan mengapresiasi karya humor. Itulah mengapa ada kelompok masyarakat yang merasakan kelucuan dari humor jenis slapstick (kasar) atau ada juga yang baru tertawa setelah melihat karya humor yang penuh logika.

Sayangnya di Indonesia, orang-orang masih terjebak dalam stereotipe humor  yang mengatakan bahwa buku humor harus yang "kocak". Padahal karya satir seperti Gulliver’s Travels karya Jonathan Swift juga termasuk humor. Akhirnya bisa kita lihat puluhan komik strip di koran-koran juga menderita stereotipe serupa. Mayoritas adalah kartun satu atau beberapa panel yang tidak memuat dialog. Hanya mengandalkan kelucuan adegan slapstick.

Komikus/kartunis yang menggunakan dialog dan situasi humor seperti Dwi Koendoro masih jarang. Apalagi yang menyamai Scott Adams, dengan seri Dilbert yang menjadi ikon budaya. Atau seperti Bill Watterson, yang mampu menggambarkan pola pikir seorang anak dalam seri Calvin and Hobbes, hingga tanpa sadar kita ikut mempertanyakan kehidupan. Untung karya-karya humor Indonesia masih tertolong oleh kartun-kartun milik Benny & Mice atau seri Panji Koming, ditambah beberapa buku humor nonfiksi seperti seri Kambing Jantan, My Stupid Boss, Bertanya atau Mati, dan tetralogi Drunken ini.

Tampaknya Indonesia masih harus belajar banyak tentang penulisan humor. Apalagi dalam penulisan, humor sebenarnya merupakan elemen cerita dan bukan sebuah kategori karya baru. Artinya humor bisa diterapkan di mana saja, baik di dalam komik, fiksi atau nonfiksi.

Maka beruntunglah kita punya beberapa pionir naskah humor yang cukup baik, salah satunya adalah tetralogi Drunken karya Pidi Baiq yang meskipun bukan buku terbaik, tapi setidaknya bisa menggambarkan apa yang dikatakan seorang penulis bernama William Davis :

“Jenis humor yang saya sukai adalah yang membuat saya tertawa selama lima detik, lalu membuat saya berpikir selama sepuluh menit.”


Bandung, September 2009
Penulis adalah seorang penulis, anggota FLP Jawa Barat

------------------------------------------

Sumber : Kelas On Line bimbingan Menulis novel

Rabu, 28 November 2012

GIZI MENULIS [2] Dari Meja Editor

By. Hengki Kumayandi

Kriteria fiksi macam apa yang dianggap menjual oleh jurnal-jurnal ternama mancanegara? Bagaimana cara penulis bersaing dengan satu sama lain demi menarik perhatian pembaca? Di edisi terbaru Novel & Short Story Writer MARKET 2013 ada sedikit tips dari para EDITOR tentang cerita pendek macam apa yang menurut mereka pantas untuk diterbitkan. Penasaran kan?


Selamat membaca!


-


Pertama-tama, cek ejaan, tanda baca dan penggunaan kalimat dalam tulisanmu dan kalau kau ingin menulis fiksi, kau juga harus banyak membaca fiksi. Kalau berniat menjadi penulis cerita pendek, maka kau harus membaca cerita pendek sebanyak mungkin. Setelah itu, baca hasil tulisanmu keras-keras. Kalau ada kalimat yang terdengar ��aneh�� Segera cabut dari tulisanmu. Dan jangan pernah mengirim draft pertama tulisanmu kepada editor, karena itu adalah tulisan yang belum selesai. Kenapa kau harus melakukan semua ini? Karena semua poin-poin yang saya sebutkan menyimpulkan bahwa menulis adalah sebuah pekerjaan. Kalau kau ingin ceritamu dibaca banyak orang, maka kau harus bekerja keras. Semua cerita yang ingin kau kirimkan ke editor majalah atau buku harus terbaca rapi, bersih, padat dan jelas. Setiap kalimat yang ada dalam ceritamu harus menunjukkan bahwa kau telah bekerja keras menghasilkan tulisan tersebut. Sebuah karya bisa dikatakan bagus, tapi bagus saja tidak cukup. Untuk meraih pembaca seluas mungkin, diperlukan karya yang luar biasa. Kami menerima banyak sekali kiriman cerita pendek yang bagus, tapi kami hanya menerbitkan cerita-cerita yang menurut kami luar biasa. Cerita-cerita yang tidak terlupakan, yang menyentuh kami, yang sangat kami sukai. Standar cerita bagus terlalu rendah untuk kami. Cerita yang luar biasa akan selalu teringat di kepala pembacanya. Anthony Varallo, Editor Fiksi, CRAZYHORSE


Pembaca sangat peduli terhadap karakter dan bahkan setelah cerita selesai, mereka tetap memikirkan karakter yang mereka temui di dalam cerita tersebut. Cerita harus memiliki detail yang bisa dibayangkan jelas oleh pembaca, serta menjadi pegangan si pembaca. Dan bila ada dialog dalam cerita itu, maka dialog tersebut harus terdengar nyata, dan tidak dibuat-buat atau berlebihan. Selain itu, cerita yang kami cari harus bisa menawarkan pandangan hidup yang segar dan mendalam. Sesuatu yang punya arti serta nilai resonansi terhadap pembaca. Dan, di akhir cerita, pembaca merasa puas. Bukan berarti cerita itu harus berakhir bahagia, tapi ada perasaan bahwa sebagian dari perjalanan si karakter telah tiba di penghujung jalan. Susan Burmeister-Brown, Co-Editor, GLIMMER TRAIN STORIES


Cerita yang kami inginkan adalah cerita yang bisa mengangkat dirinya di atas cerita-cerita lain yang menarik perhatian kami dengan cepat, bahkan di kalimat pertama, serta membuat kami terbuai setelah membaca satu, dua paragraf. Cerita yang kami inginkan akan membuat kami terpaku pada setiap kata dan kalimat hingga cerita itu selesai, dan seluruh indera kami terpicu karena begitu senang menemukan cerita yang luar biasa. Cerita seperti ini adalah cerita yang bisa kami cerna, dan juga membuat kami terpukau dan terhubung pada manusia lain. Kami mencari cerita yang bisa menarik perhatian kami lewat ritme, penggunaan kalimat serta kepribadian karakter di dalamnya. Semua karakter harus terasa hidup. Selain itu, detail yang kuat akan membuat suara si penulis dan para karakternya lebih terdengar, hingga membawa pembaca ke bawah permukaan interior atau eksterior cerita. Namun, semua elemen ini juga tidak boleh bertabrakan dengan alur narasi cerita. Susan Mase, Editor Fiksi, NIMROD


***

Semoga menginspirasi! :)


-------------------------------------

Sumber : Kelas On Line Bimbingan Menulis Novel

Senin, 26 November 2012

Yang harus Diperiksa saat EDITING NOVEL

By. Ari Kinoysan Wulandari 

(ini khusus untuk editing pribadi yang dilakukan penulis)

1. Judul; apakah sudah menarik. Pikirkan setidaknya tiga kali lagi sebelum memilih judul.


2. Opening; apakah sudah cukup mengundang perhatian. Coba baca sekali lagi dan benahi.


3. Isi; apakah sudah sesuai dengan rancangan dalam sinopsis? Kalau ada yang melenceng dari sinopsis, benahilah sesuai dengan yang diinginkan.


4. Ending; apakah ending ini sudah memberikan surprise bagi pembaca. Cukup menarik dan memberi kesankah?


5. Periksa kesalahan-kesalahan ketik. Jangan ada salah ketikan.


6. Sesuaikan tulisan dengan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan).


7. Lihat dialog-dialog antar tokoh, apakah sudah natural dan sesuai.


8. Lihat deskripsi apakah ada kalimat-kalimat yang terlalu panjang. Gunakan kalimat-kalimat yang praktis, terdiri dari SPOK (Subjek Predikat Objek Keterangan), misalnya: Saya makan nasi goreng dengan Bimo dan Bondan.


9. Periksa apakah ada paragraf-paragraf yang terlalu panjang. Kalau ada, persingkatlah. Tiap paragraf sebaiknya terdiri dari 8-10 kalimat agar tidak lelah membaca.


10. Secara keseluruhan periksa dengan seksama agar tidak ada yang terlewat, baik tanda baca, huruf, nomor halaman, daftar isi, sinopsis, biodata penulis.



SEMINAR NASIONAL "CERDAS DAN CERMAT MEMILIH KOSMETIK, SUDAH AMANKAH KOSMETIKMU?"

Minggu, 25 November 2012

NouraBooks Academy Writing Camp

Kumpul-kumpul Sambil Nulis Novel Roman Remaja

Satu orang nulis satu novel dalam 30 hari??

Ciyuus?

Nulis satu novel dalam 30 hari itu bukan mimpi lagi. Memang butuh komitmen sih, tapi kalau dapat trik dan tips dari penulis keren kayak Raditya Dika, Sitta Karina dan Orizuka, kita pasti bisa!


Tertarik?


>Buat kamu yang suka menulis, kreatif, aktif di sosial media, dan blogger sejati, boleh coba gabung di writing camp-nya NouraBooks Academy.


>Caranya…

Kunjungi website kami noura.mizan.com
Klik NBA Writing Camp
Lengkapi data diri kamu dan tuliskan ide ceritamu
Ditunggu paling lambat 9 Desember 2012 pukul 24.00 WIB

>Nantinya, akan dipilih 10 nama dengan ide cerita paling unik dan kreatif untuk ikut writing camp selama 2 hari 1 malam (15 - 16 Desember 2012) di Ciawi,Bogor.

Pengumuman daftar peserta bisa dilihat tanggal 13 Desember 2012 di akun FB dan twitter NouraBooks.
Selain bisa ketemu penulis-penulis top dan keren, 10 besar juga bisa dapat :Kesempatan menerbitkan novel di Noura Books

Akses ke FB grup ekslusif Noura Books Academy untuk diskusi penulisan berkesinambungan dengan para penulis pemateri dan editor berpengalaman.

Kaos polo eksklusif NouraBooks Academy
Paket buku Noura Books senilai Rp 200.000 dan sertifikat pelatihan
Advance royalti sebesar @ Rp 2.000.000,- untuk 3 karya terbaik

Jadi, buruan daftar. It will be awesome and fun…







Sumber : http://nourabooks.blogspot.com/2012/11/nourabooks-academy-writing-camp.html

LOMBA SERU, NIH :)

Jumat, 23 November 2012

10 HAL YANG MEMBUAT GALAU PEMULA

By.  Ari Kinoysan Wulandari

10 hal yang membuat PEMULA galau:

1. Tulisanku sudah bagus atau belum?
2. Teori yang kugunakan sudah benar atau salah?
3. Kalau menerbitkan pakai uang atau tidak?
4. Kalau ke penerbit/PH, ketemu siapa?
5. Kirim naskahku ke mana ya?
6. Naskahku kok mirip-mirip dengan yang sudah ada di pasaran?
7. Kayaknya aku mesti berguru niy biar pede...
8. Duuh, kok aku nggak bisa bikin gaya bahasa seperti penulis si A...
9. Kenapa tulisanku nggak selesai-selesai ya?
10. Kok tulisanku jadi ke mana-mana siy?

 

10 jawaban ANTI GALAU:

1. Suruh baca teman baik atau ikutkan kelas bedah karya, biar TAHU PENDAPAT ORANG atas tulisanmu.
2. Dalam menulis, semua teori BENAR asal tulisan BAGUS.
3. Tidak pakai uang kecuali kamu menerbitkan secara INDIE.
4. Editor atau script editor.
5. Ke mana saja penerbit atau PH yang kamu rasa cocok, alamatnya searching di google atau di buku JADI PENULIS FIKSI? GAMPANG KOK! dan JADI PENULIS SKENARIO? GAMPANG KOK! ada komplit.
6. Banyak buku yang mirip, asal punya kamu LEBIH BAGUS orang akan tetep beli.
7. Pede itu dari diri sendiri, nggak mesti berguru.
8. Ya jelas nggak bisa, karena kamu bukan si A. Jadilah dirimu sendiri.
9. Karena kamu suka ngedit saat menulis.
10. Karena kamu nggak pakai sinopsis untuk menulis.

Senin, 12 November 2012

MENGHIDUPKAN CERITA


Apa artinya “Menghidupkan Cerita”?

Pertanyaan ini akan memunculkan beragam alternative jawaban. Mari disambung dengan pertanyaan lain.
Pernahkah kalian bertanya-tanya atau bahkan ingin mengunjungi sebuah tempat yang disebutkan dalam sebuah cerpen atau novel? Sementara tempat itu adalah sebuah tempat yang asing, bahkan sebenarnya tidak ada dan tidak akan kita temukan di peta mana pun.
Atau barangkali banyak di antara kita yang merasa terkecoh saat menyadari bahwa tempat yang kita cari ternyata hanya rekaan semata, setting bayangan yang hanya bisa ditemukan dalam imajinasi penulisnya.
Beberapa di antara kita mungkin mendadak berdebar saat melaju di jembatan Suramadu, karena teringat sesuatu dalam novel Donatus tentang hantu Suramadu.

Nah, bila itu yang terjadi seusai kita membaca sebuah buku, artinya penulis telah berhasil menghidupkan ceritanya. Dia berhasil menghadirkan imajinasinya menjadi seolah realita bagi pembaca.
Pertanyaan berikutnya : Bagaimana caranya?

Setiap penulis akan memiliki strategi yang khas untuk mendapatkan efek itu. Saya memilih bermain dengan 3 hal :
- Detil
- Rekontruksi /reka ulang
- Dialog

1. Detil : deskripsikan sejelasnya. Apakah itu tentang situasi, peristiwa atau karakter tokoh-tokoh yang ada dalam cerita. Narasi yang deskriptif seolah memindahkan kejadian, tempat atau seseorang dalam cerita sehingga akan mempengaruhi pembaca seakan melihat atau bahkan terlibat dalam kisah tersebut.

2. Rekonstruksi : untuk bisa menarasikan dengan detil, lakukan semacam reka ulang dalam imajinasi. Artinya, bayangkan seolah sesuatu yang akan kita tulis itu sedang terjadi. Posisikan diri mengalaminya. Misalkan berkisah tentang perpisahan, posisikan diri mengalami perpisahan itu dengan karakter yang terlibat dalam cerita.

3. Dialog : adalah komunikasi lisan atau perbincangan antar karakter. Sertakan dialek atau gaya bicara yang khas untuk menampakkan karakter atau emosi tokoh-tokohnya. Dialog semacam ini akan menampakkan latar belakang tokoh, serta perubahan emosinya yang akan memunculkan kedekatan emosional pada pembaca.

Tentu itu hanya sebagian cara. Barangkali kalian memiliki teknik yang berbeda untuk mengeksplorasi cerita menjadi seolah benar-benar terjadi sehingga mampu membius dan menghanyutkan pembacanya.
Mari kita saling berbagi olah strategi itu.

Salam,
Sanie B Kuncoro

-------------------------------------------

DISKUSI :

TKadang saya ada kesulitan mendiskripsikan suatu tempat saat belum pernah mengunjungi tempat itu. Misal, mau deskripsi tentang pelabuhan, aktifitas bongkar muat di sana.Padahal saya belum pernah melihat aktifitas itu. Apa yang harus dilakukan?
JSebisa mungkin lakukan observasi lokasi, tidak hanya untuk tahu detilnya, tapi juga akn mendapatkan aura, semacam perasaan dan kesanmu thd suatu tempat. Klo tak bs survey, bisa observasi melalui buku2 atau google tentunya

TBagaimana cara menghindari agar detil yang kita buat tidak membosankan atau hanya sekedar memperpanjang cerita? Terkadang penulis menciptakan detil hanya untuk memperpanjang cerita, tapi cerita itu malah mati.
J : Detil bukan utk memperpanjang, tapi lebih supaya menumbuhkan kesan pd pembaca thd ceritamu. Detil yg baik seolah menuntun pembaca utk masuk dalam cerit.

T : Menghidupkan cerita itu berarti membuat cerita yang dapat dirasakan nyata oleh pembacanya ya, Mbak?
JYa benar, cerita yg hidup adalah cerita im,ajinasi yg seolah realita. Cerita fiksi memungkinkan kita memanjakan imajinasi, maka sah saja membuat sesuatu yg maya. Tapi buatlah dengan kuat, bayangkan kau berada dalam imajinasi itu, sehingga pebaca terbawa dalam imajinasimu.

T : saya sering mendengar seseorang berkata bahwa suatu cerita baru tahap 'tell' belum 'show'. Apa maksudnya ya? Bagaimana membuat cerita kita 'show'(menunjukkan) bukan hanya sekedar 'tell'(menceritakan)? Mungkin bisa dijelaskan dengan contoh konkrit?
J kalau narasinya datar, pembaca seolah merasa sedang diceritakan saja. Sekedar tell. Tapi kalau karakternya kuat, pembaca seolah melihat sendiri atau ikut merasakan apa yg ada dalam cerita, sehingga misalnya dia akan ikut tertawa atau menangis.

T : saya mau tanya, kalau mau menghidupkan cerita tentang sepasang kekasih yang dimabuk cinta bagaimana ya? Terkadang saya takut jadi vulgar.
J : Supaya tidak terasa vulgar, pilihan kata sangat penting. Misalnya kau pilih 'mabuk cinta', nah kesannya agak negatif krn berkonotasikan mabuk. Akan berbeda kalau kau pilih 'jatuh hati', lebih lembut bukan?
Terasakah bedanya?


T : bagaimana dengan cerpen yang tanpa dialog tapi cerita yang dipaparkan begitu hidup. Adakah trik lain?
J : Cerita tanpa dialog, biasanya terkesan berat. Tapi kalau itu yg diinginkan, tentu harus disiasati dengan narasi yg kuat, tidak membosankan pembaca. Mungkin bisa bermain dg metafora dan pilihan kata yg terasa baru.

T : boleh gak sih, kita nambahin setting tempat yang gak ada di tempat itu sebenarnya?
ada imajinasinya juga

J : Cerpen itu biasanya fiksi, walau bukan jenis fantasi, tentu boleh memilih setting imanjinasi. Beri nama yg unik sesukamu. Jelaskan apa yg kau lihat dalam khayalan itu. Saya sering melakukannya, dan banyak pembaca yg bertanya dimana sebenarnya setting yg sedang dipakai itu

T : Salah gak kalau ketika mendeskripskan suatu tempat, penulis juga menuliskan detail jarak suatu tempat atau tinggi suatu tempat, jadi kesannya kayak pelajaran geografi gitu, deh. Biar gak terlalu terkesan geografi banget gimana caranya, ya?

J : perhitungan harus dilakukan, asal tdk dg perhitungan yg rumit. Tapi lebih sbg utk memberikan kewajaran, bukan sebagai sesuatu yg ngawur. Linda Christanty bercerita bgm dia menulis ttg adegan anjing tertembak di cerpen Seekor Anjing Mati di Bala Murgrab, dia benar2 memperhitungkan jaraj tembak yg tepat utk presisi adegan.

T : menghidupkan cerita harus ada 3 hal di atas, tapi kadang imajinasi penulis dan pembaca nggak klop. Bagaimana trik agar bisa mempengaruhi pembaca?
J : Tak perlu berusaha klop dg pembaca Nelly Nezza, pembaca memiliki kemerdekaan utk menafsirkan dan akn sgt mungkin terjadi tafsir yg berbeda antar pembaca yg satu dg yg lain. Tenang saja, itu justru menumbuhkan dinamika yg akan bisa menjadi pelajaran utk karya kita berikutnya. Bukankah setiap pembaca memiliki imajinasinya sdrittg apa yg dia baca?

T : Kasih contoh cerita yang "hidup" dong
JAda banyak cerita yg hidup Dian, yg paling simple, tentu kau membaca Harry Potter? Bila suatu kali kau pergi ke stasiun King Cross, pasti kau ingin mendekati peron 9 1/2 itu bukan?

T : bgmn cara menghubungkan unsur latar, tokoh dan alur sehingga menghasilkan cerita yang hidup?
J Tiga hal itu adalah hal utama dalam suatu cerita. Itulah komponen yg saling mendukung yg menjadi mesin dan napas cerita. Bgn menghidupkannya? Susunlah dg baik dg pilihan diksi yg cermat pula. 

T : Setting itu kan bisa latar tempat, waktu, juga suasana. nah apa dalam suatu cerpen semuanya setting itu harus dibuat detail, atau cukup salah satu saja?
J : Cerpen itu ruangnya terbatas, hanya sekitar 8 hal, maka tidak bisa semuanya didetilkan. Pilih saja yg paling kuat untuk mendukung cerita. Atau yg paling dikuasai.  

T : Bagaimana kalau tempat yang kita ceritakan kenyataanya sangat ramai,tapi karena ingin membuat cerita romantis kita membuat tempat itu menjadi sunyi. Bagaimana Mbak?
J : Sebenarnya boleh saja, tapi kalau tempat itu terkenal maka akan sedikit membuat pembaca merasa asing dg cerita itu. Tapi bisa juga justru membuat pembaca merasa penasaran dan ingin ikut merasakan 'kesunyian' tempat yg riuh itu.

T : Gimana cara masukin sains dalam cerita? Secara ga langsung kan keadaan-keadaan yang bersifat sainstis selalu ada dalam kehidupan sehari kita. Gimana cara masukinnya? Dan gimana caranya biar ga terlalu kaku?
J : Supaya saints tidak terkesan kaku, Nurdiani Latifah, bisa diakali dg menyampaikannya dg dialog. Seolah salah satu tokoh sdg menjelaskannya pada tokoh yg lain. Biasanya bahasa dialog lebih cair. Setuju?

T : Bagaimana menentukan seberapa detail sebuah cerita agar tidak monoton dan di awal cerita pembaca tidak bosan membaca. Karena saya sering membaca cerita yang begitu detail, sayangnya terkesan monoton di beberapa bagian.
J Benar, terkadang ada detil yg membosankan krn kerap penulis terlalu asyik dg imajinasinya shg dia sendiri hanyut. Maka hrs rajin membaca ulang apa yg kita buat. Berikan jarak beberapa hari terlebih dulu shg emosi kita tak terlalu larut. Baca ulang ini akan memberikan perspektif yg lebih jernih shg bisa melakukan revisi.

T : Gimana caranya mendetailkan setting waktu dan suasana? Sementara itu yang paling banyak diperhatikan pembaca adalah detail setting tempat
J : Detail waktu bisa menggunakan warna langit. Ornamen lagit yaitu bintang bulan atau awan bisa dipakai utk menjelaskan waktu. Atau panggilan doa, juga bisa menjadi penanda.
Utk suasana, lebih banyak kemungkinan. Suara angin, hilir mudik orang, cuaca dan peristiwa bisa diieksplorasi dg maksimal.


T : Gimana caranya agar kita bisa memberikan detail setting yang kuat, namun tidak membuat pembaca bosan? Terkadang banyak pembaca yang merasa "mabok narasi" dan bahkan, saya sendiri... jika merasa sangat bosan oleh detail cerita yang bertele-tele, kadang diskip-skip saja, heu
J : Benar, kita sering terlalu menekankkan sesuatu shg justru membosankan. Baca lagi, bisa terjadi ada bnyk redudansi, yaitu pengulangan. Apa boleh buat hrs tega utk menguranginya demi supaya menjadi lebih baik.

T : Penulis sebagai editor itu apakah juga harus memperhatikan kebijakan redaksi penerbit yang kita tuju? Tentunya editing untuk penerbit islami berbeda dengan penerbit lainnya--terutama untuk ejaan.
J : Maksudnya penulis sbg editor, artinya penulis harus yakin terlebih dahulu bahwa tulisannya sdh benar, nyaris sempurna sebatas kemampuannya. Tidak membiarkan kesalahan yg telah diketahui, misalnya begitu. Bahwa kemudian ada edit dari pihak lain, itu adalah bagian dr prosedur penyempurnaan karena melihat dg banyak 'mata' akan lebih baik.

T : bagaimana caranya mengembalikkan mood setelah berhasil menyelesaikan suatu tulisan dan diendapkan, untuk melakukan self editing? Jika setelah selesai menulis langsung mengedit, tentu malah pusing. Tapi jika dibiarkan terlebih dahulu dan diberi jeda, terkadang feel-nya malah keburu hilang. Sehingga bisa jadi kita malah mengaduk-ngaduk lagi cerita yang sudah kita bangun sebelumnya dengan penjiwaan yang justru kurang sempurna.
J : Lepaskan kira2 1 minggu. Saya biasa melakukannya utk mengambil jarak dan melepaskan emosi thd naskah tsb. Lakukan sesuatu yg santai utk re charge, menyegarkan pikiran. Ini penting. Sesudah itu kita bisa membaca ulang dg emosi yg lbh stabil, pikiran segar, akan memberikan perspektif yg berbeda shg bisa dilakukan koreksi. Mood pasti tak hilang, akan mudah kita masuk lagi ke dalamnya, seperti deja vu. Coba saja.   

T : Kalo konflik masuk dalam ke-3 pokok bahasan tadi ga, Suker?
J : Konflik itu sepertinya bagian dalam alur. Bisa ditampilkan di awal cerita sebagai pembuka, atau di tengahnya. Bisa juga di akhir bila itu menggunakan gaya flashback atau open ending.

-----------------------------------------------------

SUMBER : Kelas Jum'at CENDOL, 9 November 2012 bersama Suker Sanie B Kuncoro
http://www.facebook.com/groups/Yayasan.Cendol.Universal.Nikko/doc/552268878122722/