Rabu, 31 Oktober 2012

TENTANG OKTOBER

By. Hana Aina

Masih tentang Oktober
membawaku padamu ... and I remember

Ada basah dari germis yang kian manis
aku, kamu dan kisah kita
terikur dalam lamunan embun kaca jendela
senyum manja dan kerlingan mata
menjelma rasa, berbingkai cinta

Dalam detik waktu kita menghitung
mengumpulkan serakan memori dalam bilik-bilik sunyi
sedang kita, terperangkap di antaranya
tanpa nada, tanpa suara

Seolah tiada lagi masa untuk kita
merenung, menumpahkan air mata
dalam cawan kedukaan yang menggunung
dan resah yang tak lagi terbendung

Dan Oktober
seakan memberi jeda pada kita
menikmati waktu yang berputar lambat
kisah kita berakhir, tamat

-----------------------------------------------------------------------------
NOTE : Puisi ini dimuat di C-Magz Ed. 14 / Th. I / Oktober 2012 

http://2.bp.blogspot.com/-_oZXx-Do77M/UI8wN7nTz1I/AAAAAAAAAmM/P0DtFVvMOyQ/s1600/cover+c-magz14.jpg  
 
http://cendol-magazine.blogspot.com/2012/10/c-magz-edisi-14th1-30-oktober-2012free.html

Minggu, 28 Oktober 2012

SETTING dalam NOVEL

By. Ari Kinoysan Wulandari

Setting sering disebut pula dengan latar belakang cerita; segala hal yang menjadi latar belakang cerita dari awal sampai akhir, itulah yang dimaksud setting.


Pada umumnya setting terdiri dari:


1. Waktu : kapan peristiwa terjadi, bisa masa lalu, masa sekarang atau (prediksi) masa depan.


2. Tempat : di mana peristiwa dalam cerita terjadi, misalnya di sekolah, di kantor, dll.


3. Budaya: adat dan budaya apakah yang digunakan, misalnya budaya Jawa, budaya Betawi, dll.


4. Suasana: suasana atau situasi dan kondisi seperti apa yang melingkupi cerita dalam novel tersebut; apakah semangat, sedih, gembira, bahagia, dll.


5. Latar belakang dan kepribadian karakter; apakah karakter di dalam cerita ini orang yang penyendiri, pendengar yang baik, ramah, mudah bergaul, baik hati, dll.




Untuk memudahkan penulisan, di awal-awal bila menulis novel, ambillah setting yang paling kita kenali dan kita kuasai dengan baik. Dengan demikian, kita tidak perlu membuang waktu untuk melakukan penelitian atau riset. Setting yang kita kenal baik, pasti akan memudahkan kita dalam membuat deskripsinya.


Misalnya, kalau kita tinggal di Jakarta setiap hari sibuk dan mengetahui hiruk pikuk kota Jakarta, tentu sangat mudah bagi kita untuk menuliskannya. Sebaliknya, kalau kita menuliskan setting kota London, sementara kita belum pernah tinggal di sana, tentu butuh waktu banyak untuk melakukan riset atau wawancara dengan orang-orang yang tinggal di London.


Jadi, pilihlah setting yang paling mudah untuk mempermudah dan mempercepat pekerjaan kita dalam menulis novel.

Kamis, 25 Oktober 2012

10 Modal Utama Penulis

By. Ari Kinoysan Wulandari

Pada dasarnya pekerjaan penulis tidak berbeda jauh dari pekerjaan-pekerjaan lainnya. Untuk melakukannya diperlukan modal awal sebagai penulis. Berikut ini 10 modal yang harus dimiliki seseorang agar dapat menjadi penulis:



1. NIAT

Dalam bidang apapun niat itu sangat penting. Termasuk untuk menjadi penulis. Niat yang kuat itulah yang menjadi motivasi penting bagi seseorang untuk sukses. Biar kita memiliki niat yang kuat untuk menulis, kita harus mempunya tujuan yang jelas. Apakah tujuan kita menulis: apakah berbagi ilmu dan pengalaman, apakah tujuan finansial, apakah menjalani profesi dan berkarir, dll. Ketahuilah motivasi itu agar niat kita untuk menulis selalu kuat.

2. MINDSET SUKSES

Banyak penulis yang sukses dan survive karena mindset sukses yang dibangunnya. Ia yakin dan percaya diri bahwa ia bisa menulis dengan baik, banyak, dan diminati oleh berbagai pihak yang memerlukan jasa penulisannya. Penulis bisa mengirimkan karyanya tidak hanya ke media. Tapi ke berbagai pihak yang memerlukan, perusahaan swasta, perseorangan, bumn, dll.

3. SIAP DITOLAK

Banyak penulis baru yang hanya siap naskahnya diterima. Padahal, realitanya ada banyak penerbit dan media yang sukarela menolak naskah-naskah penulis baru. Jadi, siapkan diri dan siapkan mental lebih banyak. Naskah ditolak itu biasa kok. Sekarang saja, saya masih sering menghadapi penolakan (timing yang tidak pas, visi misi penerbit tidak cocok, urusan produksi yang sulit, dll). Jadi, santai saja. Ditolak bukan berarti naskah kita buruk, bisa jadi belum bertemu jodohnya yang pas saja

4. SEMANGAT JUANG

Menulis itu bukan pekerjaan santai-santai yang mudah. Bahkan, menurut saya ini pekerjaan luar biasa keras. Karena kita harus mengoptimalkan pemikiran dan fisik kita untuk bisa menulis dengan baik. Secara pribadi, kalau disuruh memilih antara berdagang dan menulis di waktu yang sama untuk tujuan finansial, maka saya akan memilih berdagang. Dagang lebih mudah dan praktis. Sementara menulis, proses penulisan naskah pun sangat panjang dan melelahkan. Belum lagi kalau menunggu terbit dan hasilnya. Jadi, hanya orang-orang yang memiliki semangat juang kuat yang bisa jadi penulis.

5. DAYA IMAJINASI

Sebetulnya urusan punya daya imajinasi ini tidak hanya pekerjaan penulis, tapi hampir semua pekerjaan memerlukan daya imajinasi. Namun penulis, terutama penulis fiksi identik dengan daya imajinasi. Karena ia harus membangun tulisan dengan imajinasinya sehingga kisah menjadi dramatis, komedis, taktis, dan tetap menyenangkan banyak pihak. Daya imajinasi bisa dilatih dengan banyak membaca, banyak menonton.

6. INOVATIF

Rasanya, tiap karya baru yang dihasilkan penulis harus inovatif sehingga terus diminati. Penulis yang statis, menuliskan hal yang sama berulang-ulang, lama-lama akan ditinggalkan pembacanya. Jadi, berkarya harus inovatif dan penuh perubahan sehingga selalu menyajikan hal-hal yang baru.

7. GEMAR MEMBACA

Jelas, gemar membaca adalah modal utama bagi setiap penulis. Karena ini modal utama selain menulis. Membaca dan menulis harus dilakukan setiap hari agar penulis memiliki pemikiran yang bernas dan update. Perbaiki kemampuan membaca agar kita bisa lebih banyak menyerap ilmu dari luar.

8. KEMAMPUAN INTELEKTUAL DAN AKTUAL

Penulis sangat dituntut untuk memiliki kemampuan intelektual dan aktual yang besar. Dengan kemampuan intelektualnya, ia bisa menganalisis setiap kejadian dengan baik dan dilakukan dengan berbagai sudut pandang. Sedangkan kemampuan aktual adalah tuntutan lain karena penulis dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan zaman. Perubahan yang terjadi setiap detik harus diikutinya agar bisa menulis karya yang up to date. Tanpa kedua hal ini, rasanya sulit untuk bisa menulis dengan baik dan diminati banyak pihak. Kemampuan ini berkaitan dengan wawasan ilmu pegetahuan, logika, daya nalar, dan visi penulisannya. Artinya, seseorang yang bisa menulis berdasarkan fakta yang ada di lapangan, bisa dibuktikan kebenarannya, tidak asal menulis dan bisa memberikan solusi bagi pemecahan masalah yang sedang dibahas.

9. KEMAMPUAN TEKNIS

Kemampuan teknis ini berkaitan dengan tata kerja penulisan. Selain itu juga harus mampu menulis dengan komputer dan mampu mengoperasikan internet. Intinya, kemampuan teknis ini adalah segala hal teknis baik penulisan maupun pengerjaan naskah dengan baik sehingga dapat diterima oleh pihak yang berkepentingan.

10. MUDAH BEKERJA SAMA

Dengan perkembangan dunia seperti sekarang ini, hampir semua lini pekerjaan memerlukan jasa penulisan, maka tuntutan untuk menjadi pribadi yang mudah diajak kerja sama menjadi keharusan. Banyak penulis yang karyanya luar biasa bagus, tapi karena sulitnya diajak kerja sama (entah karena masalah deadline, fee, sistem kerja, dll) menjadi tidak eksis dan tidak dikenali sebagai penulis. Jadi, siapkan diri untuk lentur dan fleksibel saja dalam kerja sama.
Ada pepatah sederhana dalam bahasa Jawa yang ada baiknya diikuti, tuna satak bathi sanak; yang artinya biarlah untung sedikit asal bertambah saudara. Yach, mungkin tidak terlalu baik untuk industri kapitalis, tapi bisa kita ikuti. Karena dengan bertambah saudara di masa depan bertambah pula jalan silaturahmi dan jalan rezeki kita.

Itulah 10 modal pokok yang harus dimiliki oleh penulis. Setiap orang pada dasarnya memiliki modal tersebut untuk menjadi penulis. Semuanya kembali pada niat dan kesungguhannya masing-masing. Tiap orang dapat mengolahnya sebaik mungkin sehingga dari hari ke hari kemampuannya semakin meningkat.


Senin, 22 Oktober 2012

Lomba Penulisan Skenario Film

Setiap warga negara Indonesia baik Pelajar, Mahasiswa, Praktisi Perfilman dan Masyarakat umum berhak mengikuti Lomba Penulisan Skenario Film Cerita Anak, Nasionalisme dan Kepahlawanan dengan mengikuti kriteria, persyaratan, ketentuan penulisan dan mekanisme yang telah ditetapkan oleh panitia.

Kategori Peserta:

Kategori peserta yang diperkenankan mengikuti lomba ini adalah:
  1. Praktisi Perfilman
  2. Masyarakat Umum

Ketentuan Umum:

  1. Setiap peserta dapat mengirimkam lebih dari 1 (satu) naskah skenario film yang bertemakan tentang cerita anak, nasionalisme dan kepahlawanan;
  2. Mengisi formulir pendaftaran, dapat di download/diakses melalui www.skenariofilm.com atau datang langsung ke Sekretariat Panitia “Lomba Penulisan Naskah Skenario Film”. Pendaftaran dibuka pada tanggal 5 Oktober 2012 s/d 5 November 2012;
  3. Menyertakan biodata dan alamat lengkap (pada bagian akhir skenario);
  4. Melampirkan foto terbaru;
  5. Pengumuman tentang lomba, pendaftaran, dan pemenang selengkapnya dapat diakses melalui www.skenariofilm.com;
  6. Pengumuman pemenang dilakukan secara terbuka pada Malam Anugerah Pemenang Lomba Penulisan Skenario Film Cerita Anak, Nasionalisme, dan Kepahlawanan diselenggarakan di Jakarta pada akhir November;
  7. Keputusan Dewan juri tidak dapat diganggu gugat.

Ketentuan Peserta:

  1. Lomba terbuka untuk umum atas nama perorangan baik untuk kategori praktisi perfilman maupun masyarakat umum;
  2. Peserta adalah Warga Negara Indonesia (WNI) dan berusia 17 (tujuh belas) tahun keatas yang dibuktikan melalui identitias diri (KTP/SIM/Kartu Mahasiswa/Katu Pelajar);
  3. Peserta tidak sedang tersangkut perkara pidana (berstatus hukum sebagai terdakwa maupun terpidana);
  4. Peserta harus menyertakan biodata narasi dan alamat lengkap dan menempatkannya pada bagian akhir Skenario;
  5. Peserta harus melampirkan foto terbaru;
  6. Peserta tidak dikenakan biaya;
  7. Bagi peserta yang naskahnya terpilih sebagai nominasi/finalis lomba penulisan skenario film, akan mendapatkan fasilitas transportasi, akomodasi, dan uang saku untuk menghadiri Malam Anugrah Pemenang Lomba Penulisan Skenario Film Cerita Anak, Nasionalisme dan Kepahlawanan.

Ketentuan Naskah Skenario:

  1. Hasil karya sendiri (bukan saduran, bukan jiplakan atau plagiat);
  2. Belum pernah dipublikasikan dalam bentuk film di media manapun, baik sebagian maupun seluruhnya;
  3. Tema yang diusung adalah cerita anak, nasionalisme atau kepahlawanan;
  4. Materi yang diserahkan terdiri dari: lembar tema, ide, sinopsis dan skenario;
  5. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar;
  6. Panjang naskah antara 75 – 150 halaman A4, dengan spasi 1,5 dan jenis huruf Times New Roman 12 pt;
  7. Tidak mempertentangkan SARA, tidak mengandung unsur pornografi, tidak bermuatan politik, dan tidak menghasut pihak lain;
  8. Naskah diserahkan dalam bentuk hardcopy (cetak) terjilid rangkap 2 (dua) dan softcopy (file dalam format USB atau CD), dikirim via pos (sesuai cap pos paling lambat tanggal 2 November 2012) atau datang langsung ke Sekretariat Panitia “Lomba Penulisan Skenario Film” paling lambat tanggal 5 November 2012  pada jam kerja
  9. Naskah yang masuk ke panitia baik berupa hardcopy maupun softcopy akan menjadi arsip Direktorat Pembinaan Kesenian dan Perfilman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk kepentingan dokumentasi dan publikasi, dengan hak cipta tetap pada penulis.

Kriteria Penilaian:

  1. Memenuhi kaidah teknis sinematografis yang jelas sesuai format genrenya (drama, laga, komedi, atau fantasi);
  2. Memiliki struktur, plot (alur cerita), penokohan, dan deskripsi (ruang, waktu, situasi) yang jelas, logis, dan menggugah (dramatis) berdasarkan obyektifitas pesan-pesan yang ingin disampaikan lewat adegan atau rangkaian adegan;
  3. Naskah skenario mengandung nilai-nilai pembangunan karakter bangsa, antara lain: religious, kejujuran, toleransi, kedisiplinan, kerja keras, kreatifitas, kemandirian, demokrasi, rasa ingin tahu (recognizing), semangat kebangsaan, cinta tanah air, penghargaan terhadap prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, kepedulian sosial, kepedulian terhadap lingkungan, dan tanggung jawab;
  4. Naskah scenario film bersifat mendidik dan inovatif bagi pengembangan dunia pendidikan dan kebudayaan.

MEKANISME LOMBA

  1. Sosialisasi lomba penulisan skenario film cerita anak, nasionalisme, dan kepahlawanan akan diumumkan lewat media cetak (koran nasional) dan media elektronik (radio dan televisi nasional), brosur (pamflet/leflet) serta media on-line (internet) yang tersedia di http://www.kemdiknas.go.id atau http://www.skenariofilm.com;
  2. Peserta dapat mengakses informasi mengenai lomba dan melakukan pendaftaran dengan mengisi formulir pendaftaran yang disediakan di sekretariat panitia atau dapat diunduh melalui website (http://www.kemdiknas.go.id atau http://www.skenariofilm.com);
  3. Pendaftaran dapat dilakukan secara on-line (mengisi formulir yang disediakan di website (http://www.kemdiknas.go.id atau http://www.skenariofilm.com) atau secara manual dengan menyerahkan atau mengirimkan formulir pendaftaran ke: Sekretariat Panitia Lomba Penulisan Skenario Film Cerita Anak, Nasionalisme, dan Kepahlawanan, Subdit Literasi dan Apresiasi, Direktorat Pembinaan Kesenian dan Perfilman, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Komplek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Gedung E Lantai IX, Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta 10270;
  4. Naskah dicetak dalam bentuk hardcopy (print out) dan dijilid rangkap 2 (dua), disertai secara terpisah dengan: Lembar Tema, Ide, Sinopsis Cerita, Biodata dan Foto, serta fotokopi tanda pengenal peserta (KTP/identitas lain);
  5. Seluruh materi hardcopy (print out) beserta dengan materi soft copy (dalam bentuk flashdisc atau CD) harus dikirimkan ke alamat: Panitia Lomba Penulisan Skenario Film Cerita Anak, Nasionalisme, dan Kepahlawanan, Subdit Literasi dan Apresiasi Film, Direktorat Pembinaan Kesenian dan Perfilman, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Komplek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Gedung E Lantai 9, Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta 10270;
  6. Naskah dikirimkan via pos paling lambat tanggal 02 November 2012 (cap pos) atau diserahkan secara langsung ke sekretariat panitia lomba paling lambat tanggal 05 November 2012, pada jam kerja;
  7. Softcopy naskah juga dapat dikirimkan ke alamat email: panitia@skenariofilm.com berupa file lampiran (attach file) dan disertai dengan subjek dengan ketentuan sebagai berikut: “naskah_nama lengkap” (contoh: naskah_adi baskoro);
  8. Pengumuman nominator/finalis dan undangan untuk menghadiri malam pengumuman pemenang dan penganugerahan award dilakukan melalui pengiriman surat kepada nominator/finalis serta dimuat di website: http://www.kemdiknas.go.id atau http://www.skenariofilm.com;
  9. Sinopsis, outline dan judul dari tiga skenario terbaik akan menjadi materi untuk pembuatan film bertema anak, nasionalisme serta kepahlawanan.
Registrasi untuk Lomba Penulisan Skenario Film Cerita Anak, Nasionalisme dan Kepahlawanan dibuka dari tanggal 5 oktober s/d 5 november 2012. Silahkan unduh formulirnya, isi formulir registrasi dan kirim ke email panitia@skenariofilm.com atau isi formulir online yang kami sediakan dibawah ini. 

 http://skenariofilm.com/pendaftaran/

Minggu, 21 Oktober 2012

Sekat Imaji

By : Hana Aina

::


Hanya dalam sekat-sekat imaji
kudapat merengkuhmu, utuh
tak satu pun penghalang, sayang
kau ... aku ... dan kita, satu

Hanya dalam sekat-sekat imaji
kumampu terdiam
dalam kebisuan perasaan, dan kau
pemilik hatiku yang risau

Dan hanya dalam sekat-sekat imaji
aksaraku terbingkai, sunyi
tak mampu terungkap, ia terperangkap
dalam kebisuan tak terungkap

Solo, 8/10/12

Sabtu, 20 Oktober 2012

10 Permasalahan Penulisan dan Solusinya:

By. Ari Kinoysan Wulandar

 

1. TIDAK ADA IDE
Solusi: Coba tuliskan saja apa pun yang terlintas di kepala, mungkin dalam waktu 10 menit lebih dari 10 ide yang keluar. Lalu pilihlah, tentukan yang terbaik dan termudah dikerjakan. Kalau ini dilakukan tiap hari, pasti ada segudang ide.


2. ADA BANYAK IDE, TAPI BINGUNG MENULISKANNYA
Solusi: Pilih saja ide yang terbaik, lalu menulis saja tentang ide itu. Tidak usah memikirkan bagaimana hasilnya.

3. TIDAK TAHU MULAI MENULIS DARI MANA
Solusi: Itu karena terlalu banyak berpikir. Jadi, tidak usah banyak berpikir, menulis saja. Saat di depan laptop, ya sudah lah menulis saja. Nanti kalau sudah dibiasakan, menulis jadi gampang.

4. MACET DI TENGAH JALAN
Solusi: Tinggalkan saja. Biasanya karena jenuh atau kurang materi. Kalau jenuh istirahat, kalau kurang materi, ya cari materinya. Baca buku, browsing, konsultasi, dll. yang intinya menambah materi.

5. CERITA MELANTUR KE MANA-MANA
Solusi: Kalau melantur ke mana-mana itu karena tidak fokus. Pakai sinopsis biar mudah.

6. KURANG DRAMATISASI
Solusi: Kurang dramatisasi ya ditambah kekuatan dramanya; kata-katanya ‘dipertajam’ dan ‘dipilih’ yang bermuatan kuat.

7. TIDAK BISA MEMBEDAKAN KARAKTER
Solusi: Coba buat daftar karakter yang detail, mulai dari deskripsi fisik, dialog, ciri khusus, background, sampai hal-hal yang istimewa. Makin rinci makin baik.

8. OPENING DAN ENDING TIDAK KUAT
Solusi: kalau opening harus membuat penasaran dan langsung ke pokok permasalahan tokoh utama. Kalau ending harus surprise dan tidak tertebak oleh pembaca dari awal.

9. TULISAN TIDAK PERNAH SELESAI
Solusi: Pakai sinopsis, pakai target, pakai deadline. Yang penting realistis. Kalau bisanya sehari nulis 1 halaman, novel 150 halaman, ya deadline aja 150 hari. Biasanya kalau ada target begitu, 100 hari sudah selesai. Boleh dicoba.

10. MATERI KURANG (TULISAN DANGKAL)
Solusi: Kalau sudah selesai dan baru terasa dangkalnya, ya ditambah lagi materinya. Diperdalam dan diperkuat lagi pada bagian-bagian yang hanya basa-basi.

Gampang kan? Tidak sesulit yang dibayangkan. Nulis itu masalah kebiasaan dan latihan. Makin sering berlatih makin baik jadinya dan makin lancar nulisnya. Yang pengin tahu banyak soal penulisan fiksi, cek saja di buku JADI PENULIS FIKSI? GAMPANG KOK!

Lomba Menulis Cerpen Bersama Faber-Castell

http://faber-castell.co.id/54026/Kegiatan-Promosi/Mekanisme-Lomba-Menulis-Cerpen/default_news.aspx






Kamis, 18 Oktober 2012

LUKISAN RAKA

By. Hana Aina



Raka membuka gulungan kertas yang sedari tadi digenggamnya. Kertas karton seukuran buku gambar besar. Di sana, tadi malam ia melukis gambar kucing putih belang coklat dengan menggunakan cat minyak. Itu adalah tugas dari Pak Yono, guru menggambarnya, minggu lalu sebagai tugas liburan sekolah. Rencananya hari ini semua tugas akan dikumpulan.
Raka menggelar lukisannya di atas meja. Ia anak yang suka pamer. Ia ingin teman-temannya yang melihat lukisannya lalu terkagum dan memujinya. Dan itu benar. Satu per satu teman Raka mulai mengerumuni meja Raka karena ingin melihat lukisan kucingnya dari dekat.
“Wah, Raka hebat, ya. Bisa melukis sebagus itu,” Doni mendekat pada Raka. Teman-temannya lain yang mendengar ucapannya jadi penasaran.
“Pasti susah, ya, membuatnya?” Nando penasaran bagaimana Raka bisa membuat lukisan sebagus itu.
“Tidak juga. Gampang, kok,” jawab raka enteng, sambil melipat tangannya ke depan dada. Wajahnya sedikit mendongak ke atas, dadanya membusung bangga.
Karena banyak yang ingin melihat hingga berdesak-desakan. Giring yang melihat paling depan sampai tergencet. Ia didorong dari belakang hingga akhirnya jatuh tersungkur. Tanpa sengaja tangannya menarik kertas lukisan Raka hingga merobek tepinya. Raka yang melihat lukisan kebanggaannya sobek marah besar.
“Lukisanku…!!” Mata Raka terbelalak. Teman-teman lain yang melihat kejadian itu sedikit mundur ke belakang. Suasana hening.
“Maaf, Raka,” suara Giring bergetar. Ia ketakutan melihat wajah Raka yang merah padam lalu mengambil sobekan lukisan dan meletakkannya di meja Raka. “Aku nggak sengaja.”
“Nggak sengaja bagaimana? Aku jelas-jelas melihatmu menariknya,”
“Aku terjatuh,” Giring merasa bersalah. Bagaimana pun memang dia yang menyebabkan lukian raka sobek meski tak sengaja.
Mata Raka berkaca-kaca. Ia mulai menangisi lukisan yang belum sempat ia nilaikan. Melihat kejadian itu Desta, ketua kelas 6-A, melaporkannya pada Pak Yono. Pak Yono memanggil Raka dan Giring ke ruang guru.
Raka memperlihatkan lukisannya yang kini tak utuh lagi. Sedang Giring tertunduk. Mereka sekarang duduk berhadapan dengan Pak Yono di ruang guru.
“Giring, apa benar kamu yang melakukannya?” tanya Pak Yono. Giring hanya mengangguk pelan.
“Tapi saya nggak sengaja. Saya terjatuh,” Giring memberi alasan.
“Inikan tugas liburan, Pak. Belum sempat saya nilaikan,” Mata Raka masih basah. Sesekali ia masih manangis.
Pak Yono mendengar dengan seksama pembelaan Giring dan Raka. “Ya sudah. Bapak kasih kamu kesempatan untuk membuatnya lagi,” Ia menarik nafas panjang lalu melanjutkan. “Sekarang, Giring minta maaf pada Raka,”

“Aku minta maaf, Raka,” Giring berpaling pada Raka yang duduk di sampingnya. Ia mengulurkan tangannya, mengajak salaman.
“Tidak mau,” Raka menarik tangannya ke belakang punggung. Ia masih marah pada Giring.
Melihat sikap Raka, Pak Yono terkejut. “Lho, kenapa?”
“Saya… tidak bisa membuatnya lagi,” jawab Raka perlahan. Ia kembali menangis.
“Bukannya tadi kamu bilang gampang membuatnya,” Giring ingat apa yang dikatakan Raka pada teman-temannya di dalam kelas tadi
“Sebenarnya… Raka minta bantuan Papah Raka untuk membuatnya. Sekarang Papah sedang keluar kota,” Raka tertunduk.
“Jadi, itu bukan lukisan Raka sendiri?” tanya Pak Yono.
Raka menggeleng. “Raka ingin dapat nilai yang bagus. Tapi Raka nggak bisa melukis sebagus Papah,” Raka memberikan penjelasan.
“Maaf, Pak,” Raka menyesal.
Pak Yono terdiam, lalu berkata. “Kalau begitu, Bapak memaafkan Raka yang sudah mau bicara jujur, asalkan Raka juga harus mau memaafkan Giring,”
Raka mengangguk. Ia tersenyum lega. Pak Yono memaafkannya dan tidak menghukumnya karena telah berbohong dan curang.
Raka dan Giring bersalaman, kemudian berpelukan. Raka telah memaafkan Giring dan ia diberi kesempatan oleh Pak Yono untuk membuat tugas melukisnya lagi dengan catatan lukisannya sendiri bukan lukisan orang lain.
Meski tidak sebagus lukisan Papahnya, tapi Raka harus bangga dengan hasil karyanya sendiri. Tidak mengakui hasil karya orang lain sebagai hasil karyanya. Karena itu sama juga dengan bohong. Tidak hanya membohongi orang lain, tapi juga membohongi diri sendiri.
THE END

MASIH TENTANG KEHILANGAN




















Suatu waktu yang terhenti
entah untuk keberapa kali

Menatapmu seolah mengingatkanku betapa kau fana
dalam inderaku yang terus mendera, merantaiku bersama bayanganmu

Dan melafazkan namamu dalam diam ternyata lebih menyakitkan
dibanding setiap aksara yang terucap, lalu menikam

Biarkan, kan kulahap aksara itu hingga ku terlelap
karena ia candu
memenjarakanku dalam hingar bingar rindu

Masihkah ingin kau tuntaskan dusta itu, sayang?
meski jarak diantara kita serupa benang
dan kebenaran serupa kismis antara tawa dan kerlingan

Ah, tak ada bedanya
jika aku tenggelam dalam rinduku sendiri
atau meradang memendam dalam hati
pasti kan sama, mati

Solo, 12/09/12

Rabu, 17 Oktober 2012

Semangat Dalam Gelap




Semangat malam ... :)

Alhamdulillah, hujan lagi. Meski masih dalam kondisi yang sama. Hujan deras dan angin kencang.

Hari ini hujan datang tepat saat aku mulai mengajar sesi kedua di kelas.

Hanya ada tiga anak di kelasku saat itu. Awalnya suasana aman, nyaman dan terkendali. Namun tiba-tiba hujan dan angin besar datang. Dimulailah kegaduhan di kelas.

Kelasku yang semi outdoor (kelas yang sengaja aku tempatkan di sebuah ruangan agak terbuka, di depan taman), hampir saja diporak porandakan oleh angin. Buku-buku dan kertas-kertas beterbangan. Mungkin kalau kami tidak berat, kami juga ikutan terbang, hehe ... (rada lebay yang ini). Belum lagi kegaduhan reda, disusul dengan mati lampu. Seru kecewa membahana. Serempak, seperti paduan suara. Aaaaa ...! Harap maklum. Besok mereka ada ulangan. Jadi musti belajar
ekstra.

Anak-anak kuberi pilihan. Mau dilanjut, atau dihentikan. Yang ada di benakku saat itu, anak-anak pasti akan memilih kelas dihentikan. Suasana kelas yang remang-remang, dingin dan bising pasti membuat mereka mengemasi buku dan peralatan tulis lalu memeluk tas mereka sambil menunggu hujan reda. Ternyata, dugaanku salah. 


"Ayo, lanjut belajarnya," kata salah satu dari mereka.
"Tapikan gelap," kilahku, coba untuk memancing reaksi mereka.
"Kan bisa pakai lampu emergency," jawab mereka, masih semangat.
"Lampunya rusak," kilahku lagi, masih penasaran karena mereka tetap semangat. (tapi yang ini aku tidak bohong. Lampunya memang sedang rusak).
"Pakai lilin saja," seru mereka dengan wajah berbinar, seperti baru saja menemukan sebuah ide brilian.

Dan akhirnya aku menyerah. Aku sangat salut dengan semangat belajar mereka. Dengan keterbatasan hari ini, kelas kami tetap berjalan. Walau hanya dengan penerangan lampu teplok (nah, yang ini apalagi bahasa Indonesianya?). 

Romantis, ya? Hehe ... :D




Lomba Penulisan Novel Amore

Amore: Let's Fall in Love!

Ingin menjadi penulis Gramedia Pustaka Utama? Ini kesempatan karyamu diterbitkan dengan mengikuti Lomba Penulisan Novel AMORE. Amore adalah novel dewasa yang menampilkan kisah roman dalam negeri. Ditulis oleh pengarang Indonesia, menampilkan kisah cinta yang menggugah hati.

Ketentuan Lomba:

1. Lomba terbuka untuk semua warga negara Indonesia berusia 17 tahun ke atas.
2. Tema cerita bebas, harus berkaitan dengan kisah cinta, tidak mengandung SARA dan pornografi.
3. Naskah merupakan karya asli, bukan terjemahan atau saduran.
4. Naskah belum pernah dipublikasikan di media cetak maupun elektronik dan tidak sedang diikutsertakan dalam sayembara lain.
5. Panjang Naskah 150-250 halaman A4, 1,5 spasi, 12 pt, font Times New Roman. Ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik.
6. Kirimkan naskah (print out), sinopsis cerita, biodata berikut nomor kontak yang bisa dihubungi & foto berwarna, serta fotokopi tanda pengenal peserta (KTP/identitas lain)

ke:


Panitia AMORE!

Redaksi Fiksi PT Gramedia Pustaka Utama
Jln. Palmerah Barat 29-37 Lt. 5, Jakarta 10270
Telp. (021) 53650110 ext. 3511, 3512

-- Cantumkan "Lomba Novel Amore" di pojok kiri atas amplop --

7. Seluruh naskah yang masuk menjadi milik panitia lomba
8. Naskah kami tunggu selambat-lambatnya 1 Desember 2012


MENANGKAN HADIAH SEBAGAI BERIKUT
:
Juara I  
    Rp 7.500.000,00 + Trofi + sertifikat + paket hadiah dari sponsor
Juara II  
   Rp 5.000.000,00 + Trofi + sertifikat + paket hadiah dari sponsor
Juara III 
   Rp 3.000.000,00 + Trofi + sertifikat + paket hadiah dari sponsor
Pemenang Berbakat (3 orang)
  Rp1.500.000,00 + Trofi + sertifikat + paket hadiah dari sponsor

Bagi Juara dan Pemenang Berbakat, novelmu juga akan diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama.


*) Hadiah belum termasuk royalti jika diterbitkan.


 http://www.gramediapustakautama.com/acara-detail/137/Lomba-Penulisan-Novel-Amore

 Lomba Penulisan Novel Amore

Selasa, 16 Oktober 2012

Sayembara Cerpen & Cerber Femina 2012



 http://www.femina.co.id/sayembara.cerpen.cerber

Kontes Karya Tulis : A Letter To My Mother




 

 Syarat Kontes:
Warga Negara Indonesia.
• Peserta adalah wanita berusia minimal 17 tahun.
• Mengirim 1 karya tulis berisi motivasi, pengalaman, wujud ekspresi terima kasih dan rasa syukurmu atas cinta dan kasih sayang dari seorang Ibu (karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan).
• Diketik dengan font Times New Roman, 11 pt, maksimal 1 halaman kwarto.
• Karya tulis di upload ke www.esensi.co.id, beserta biodata diri.
• Peserta tidak dipungut biaya apapun.
• Keputusan juri tidak dapat diganggu gugat.
• Cerita yang dikirimkan sepenuhnya menjadi milik Penerbit Esensi (Erlangga Group).
• Batas waktu pengiriman : 30 November 2012.

Tiga karya tulis akan dipilih dengan kategori:
✔ Terbaik 1 (satu) mendapatkan hadiah uang tunai senilai Rp 700.000, voucher belanja di onherdesk senilai Rp 200.000, paket goodiebag dari Esensi.
✔ Terbaik 2 (dua) mendapatkan hadiah uang tunai senilai Rp 500.000, voucher belanja di onherdesk senilai Rp 200.000, paket goodiebag dari Esensi.
✔ Terbaik 3 (tiga) mendapatkan hadiah uang tunai senilai Rp 300.000, voucher belanja di onherdesk senilai Rp 200.000, paket goodiebag dari Esensi.

Keterangan lebih lanjut klik www.esensi.co.id atau hubungi Panitia Kontes Menulis “A Letter to My Mother”, Telp: 021–8717006 (144) Pin BB (288C9208)

Senin, 15 Oktober 2012

Hujan Pertama



Semangat malam,

Alhamdulillah, sudah mulai hujan :D
Setelah penantian yang panjang, ditemani cuaca yang panas menyengat dan debu beterbangan dimana-mana. Akhirnya ... saatnya mengucapkan selamat tinggal pada itu semua.

Hujan pertama ternyata tidak hanya membawa air yang membasahi tanah, tapi juga angin besar.  
Kalau musim gugur, yang berguguran adalah daun dan bunga. Tapi kali ini, musim hujan dan angin besar berhasil membuat buah mangga yang sudah mulai membesar jatuh satu persatu.

Rasanya, sih, alhamdulillah sekali, ya ... sesuatu. Paling tidak, aku tidak perlu menggunakan senggek (apa, ya, bahasa Indonesianya? :D) untuk mengambilnya. Belum lagi tetangga yang sebelum hujan tiba sudah mulai melirik pohon mangga di pekarang rumah karena berbuah banyak dan besar-besar. Alhasil, setiap mangga yang jatuh sudah ada pemesannya. Tuan rumahnya malah nggak kebagian, hehe ... (^_^)

Yang paling aku sukai dari hujan pertama (setelah lama musim panas) adalah aroma tanah. Aroma yang menurutku sangat identik dengan kesuburan. Setiap mencium aroma itu, aku dapat membayangkan ... sebuah biji yang tertanam di dalam tanah dan tersentuh oleh air hujan yang merembes melalui pori-pori tanah. Biji itu kemudian mulai tumbuh hingga berhasil menembus tanah dalam wujud tanaman kecil. Perlahan, mulai muncul daun kecil, lalu terus tumbuh menjadi tanaman dewasa. Indah bukan membayangkannya?

Selamat datang musim hujan. Semoga membawa kebaikan pada semua :)

JANJI TERAKHIR


By. Hana Aina

Tera memandang jam dinding yang ada di kamarnya. Hampir pukul dua belas. Beberapa detik lagi ia akan meninggalkan usianya enam belas tahun. Ya, malam ini adalah ulang tahun Tera. Namun yang ia dapatkan adalah kedukaan.
Siang kemarin sepulang sekolah ia menemukan tak ada satu pun anggota keluarganya yang selamat dari pembantaian. Ayahnya ditemukan di ruang kerja dengan tembakan di kepalanya. Ibunya terkapar bersimbah darah di ranjang.
Tera menutup matanya. Merasakan kesedihan luar biasa di setiap desir nadinya, mengalir bersama darahnya.
Tera, gadis periang yang duduk di kelas dua SMU itu harus menerima kenyataan bahwa ia kini hidup sendiri. Hanya Johan, ajudan ayahnya yang sudah diberi kepercayaan untuk menjaganya semenjak kecil, kini di sampingnya. Johan bertemu dengan Tera saat gadis itu berusia sembilan tahun. Saat itu usia Johan tujuh belas tahun. Dia baru bekerja dengan Gara, ayah Tera, salah seorang pimpinan geng di Ibu Kota.
***
Johan Ardiansyah meletakkan tas sportnya di atas meja, lalu mengeluarkan sepucuk pistol dari dalamnya. Ia mengisinya penuh lalu menyelipkan di belakang punggungnya.
Johan bersama adiknya tumbuh di jalanan. Kerasnya hidup mengajarkannya untuk bertahan dengan segala kemampuan yang dimiliki. Johan tumbuh menjadi remaja pemberani, bahkan cenderung nekad. Tak ada yang ditakutinya. Saat menyelamatkan Gara dari serangan musuhnya, ia berhasil menewaskan sebagian besar penyerang. Ia membuat Gara terkesan hingga mempekerjakannya sebagai salah satu ajudan. Karena usianya yang masih muda, Johan mendapatkan tugas untuk mengawal Tera, anak perempuan Gara.
Johan berjalan keluar kamarnya menuju lorong yang sengaja dibuat remang. Pintu kamar Tera terbuka sedikit. Dilihatnya gadis itu terduduk di ranjang. Kepalanya tertunduk. Poni rambutnya jatuh menutupi wajah. Tanganya tertangkup di pangkuan.
Johan membuka pintu perlahan. Suara isak Tera terdengar pilu. Ia masuk lalu menarik sebuah kursi mendekat pada Tera. Sekarang mereka berhadapan.

“Mengapa..” suara Tera bergetar, “semua ini terjadi padaku?”
Johan terdiam, mencoba mencari jawaban. “Mungkin sudah menjadi takdirmu untuk menjalani semua ini.”
“Tapi aku tak mau, aku tak mampu,” Ia mulai terisak. Tubuhnya berguncang.
Johan tertunduk, menarik nafas panjang, lalu mengangkat wajahnya.
“Apa kau tahu arti dari namamu?” Pandangan Johan lurus ke arah Tera. Tera menggeleng.
“Suatu hari ayahmu pernah bercerita padaku..” Johan mengambil jeda, lalu melanjutkan.
“Teratai. Nama yang diberikan padamu. Seperti nama bunga yang hidup di atas air yang tenang tapi kotor. Tapi teratai mempunyai bunga yang sangat indah dan bersih. Sangat bertolak belakang dengan lingkungannya,” kata Johan. Tera mengerutkan dahi, berusaha memahami.
“Ayahmu ingin kau tetap menjadi dirimu. Tidak terpengaruh oleh sekitarmu,” lanjutnya.
Tera mengangkat wajahnya, menatap Johan yang ada di depannya. “Maksudmu, aku harus melupakan semua ini?”
“Ya, dan menjalani hidup baru,” jawab Johan.
“Apa aku mampu?” Tera ragu.
“Tentu,” jawab Johan mantap. Ia mengangkat tangan kanannya lalu meletakkan pada dadanya. “Percayalah pada hatimu,”
Tera mengangguk.
“Aku berjanji selalu bersamamu, menjagamu. Seperti janjiku pada ayahmu,” janji Johan.
***
Tera beranjak dari duduknya, melangkah ke luar kamar lalu turun ke lantai satu. Baru beberapa anak tangga yang ia tapaki mendadak lampu padam. Sangat gelap hingga Tera harus meraba dan berpegangan pada sisi tangga.
“Hallo..” Tera berusaha mendeteksi keberadaan penghuni lain.
Tera terus berjalan. Meski tak bisa melihat apapun tapi ia ingat betul posisi dapur, tepat di sebelah kiri tangga. Tera meraba kusen pintu menuju dapur.
“Selamat ulang tahun, Tera” Suara dari belakang Tera, mengagetkannya.
Tera berbalik. Cahaya lilin berependar dari belakangnya. Johan dengan sebuah kue tart di tangannya. Banyak lilin kecil berdiri di atasnya.
Tera tersenyum. Sebuah kejutan di tengah malam. Ia berdiri tepat di hadapan kue ulang tahunnya, lalu memejamkan mata. Tangannya tetangkup di depan dada. Bibirnya mengucap sesuatu, lirih. Sesaat kemudian ia kembali membuka mata lalu meniup semua api yang menari di atas lilin. Ada tujuh belas lilin kecil di atas kue, menyimbulkan umurnya sekarang.
Lampu kembali menyala. Tampaklah semua yang ada di sana. Selain Johan ada juga Alan, adik Johan. Sekarang mereka duduk mengitari meja makan di sisi meja dapur. Letaknya berhadapan langsung dengan pintu belakang yang terbuat dari kaca, hingga mereka dapat menikmati taman belakang dan suasana langit malam.
Tera senang malam itu. Meski tak ada lagi keluarga bersamanya tapi ia tetap bersyukur memiliki orang-orang yang menyayanginya.
Dor..!
Sebuah tembakan memecah kaca pintu. Alan dengan cepat berguling ke samping. Ia mengeluarkan pistol dari balik punggungnya lalu menembak semua lampu di dapur agar gelap. Dengan begitu akan menyulitkan lawan untuk mengetahui posisi mereka.
Johan menarik lengan Tera dan membawanya menjauh dari pintu, bersembunyi di balik meja dapur. Tembakan dari luar rumah terus menderu. Membabi buta ke segala arah. Sesaat kemudian sunyi. Suara tembakan berhenti. Namun tak mengurangi kewaspadaan Johan dan Alan. Suara langkah kaki menaiki tangga terdengar, tak hanya satu, ada beberapa.
Johan mengeluarkan pistolnya dari balik punggung lalu memberikannya pada Tera. Tera terkejut.
“Simpan ini untukmu. Gunakan bila perlu,”
“Tapi..” Tera tak mampu melanjutkan kata-katanya. Tatapan mata Johan seolah memberikan isyarat untuk tegar dan bertahan. Johan berjalan mengendap merapat pada Alan. Sedang Tera berusaha mengumpulkan segenap keberanian. Sekarang mereka bersiap atas semua yang akan terjadi.
***
Tera mengintip dari balik meja dapur. Johan sedang bergumul dengan seorang lelaki, sedang Alan menembak pada musuhnya yang berusaha masuk ke rumah. Namun keadaan tak berpihak pada mereka. Dua orang melawan belasan. Mereka terdesak.
“Lari!” Perintah Johan pada Tera.
Dengan cepat Tera berlari menuju mobil yang terparkir di halaman depan, masuk ke dalamnya, lalu menguncinya rapat. Ia masukkan kontak dan berusaha membuatnya hidup, namun tak bisa. Hanya terdengar erangan mesin lalu mati.
Dari belakang, sebuah buah mobil sedan hitam menabraknya. Tera berguncang dan pistol yang diletakkan di kursi sampingnya terjatuh. Ia panik. Ia berusaha meraba untuk mendapatkan kembali pistolnya sebelum orang-orang di dalam mobil itu mendekat. Namun ia tak mampu menemukannya.
Tera berbalik arah dan menemukan kedua pria berpakaian hitam sudah di samping pintu mobil. Yang satu berperawakan gempal dan yang lainnya krempeng. Mereka memecahkan kaca mobil, membukanya paksa dan menarik tubuh Tera keluar. Tera memberontak dan berteriak minta tolong. Tak ingin aksinya diketahui si gempal membekap mulut Tera.
Tera menancapkan kukunya pada lengan kekar si gempal. Si gempal mengerang kesakitan tapi tetap tak mau melepaskan bekapannya. Si krempeng membantu dengan menarik tubuh Tera hingga keluar mobil.
Tera berusaha bertahan. Ia mengangkat tubuhnya yang ringan lalu melayangkan kakinya ke arah si krempeng. Si krempeng terjatuh ke belakang. Namun dengan sigap ia bangkit. Kali ini ia mengangkat kaki Tera. Mereka menggotongnya ke mobil.
***
“Larilah pada Tera! Aku tangani ini,” kata Alan.
Bugh!
Alan melayangkan pukulan pada perut lawannya hingga tersungkur. Tak ada lagi senjata, yang ada hanyalah pertarungan satu lawan satu. Beberapa lawan telah tumbang. Tinggal dua orang saja. Ia yakin bisa membereskannya.
Johan berlari ke halaman depan. Ia melihat dua lelaki memaksa Tera masuk ke dalam mobil. Dengan cepat ia berlari mendekat dan melayangkan pukulan yang mengenai wajah si gempal. Si krempeng yang melihat temannya diserang melakukan serangan balik.
Untuk kesekian kalinya Johan melayangkan tinjunya pada si gempal hingga terjatuh ke belakang. Kemudian ia sedikit membungkuk menghindari pukulan si krempeng. Kini siku kirinya yang beraksi, melayangkan serangan ke arah perut si krempeng. Si krempeng tersungkur.
Tera berhasil keluar dari mobil. Ia mendekat pada Johan. Johan melihat ke arah si gempal. Si gempal mengeluarkan pistol dari balik punggungnya dan mengarahkannya pada Tera.
Dor..!
Johan mendorong Tera ke belakang. Ia sendiri tersungkur di depan Tera. Darah segar mengalir dari tubuhnya yang tertelungkup. Tera panik. Di depannya, si krempeng siap menarik lengannya.
Dor..!
Tiba-tiba si krempeng terjatuh dengan luka tembak di kepala. Demikian pula si gempal yang terkapar di tanah. Tera melihat ke arah datangnya tembakan. Alan berdiri di sana. Sesaat kemudian berlari ke arah Tera.
Tera membalikkan tubuh Johan yang sudah tak berdaya dengan sebuah luka tembak di punggung, merebahkan kepalanya perlahan di pangkuannya.
“Maafkan aku, Tera … tak bisa menepati janjiku,” kata-kata Johan terbata.
“Apa maksudmu?” suara Tera bergetar.
“Ingatlah, Terataiku. Kau pasti bisa bertahan,” ujar Johan mantap.
“Kakak?” Suara Alan dari belakang, mendekat pada Tera dan Johan.
“Jaga terataiku,” Johan memohon pada Alan. Alan menjawabnya dengan anggukan.
“Aku menyayangimu, Tera,” Johan tersenyum.
“Kak Johan,” suara Tera lirih mengiringi air matanya yang menderas.
***
Takkan selamanya tanganku mendekapmu
takkan selamanya raga ini menjagamu
seperti alunan detak jantungku
tak bertahan melawan waktu
dan semua keindahan yang memudar
atau cinta yang telah hilang
(Tak Ada yang Abadi, by Peterpan)

Teratai Puteri Gara menatap nanar pada batu nisan di depannya. “Mungkin, seumur hidup aku akan memendam rasa ini tanpa bisa mengungkapkannya. Aku tahu betapa kau menyayangiku, tapi aku lebih dari itu,”
Tera mengambil nafas panjang. “Aku mencintaimu, kak Jo,”
Tera kini tinggal bersama kakek dan neneknya di pinggiran kota. Ia mencari ketenangan dari carut marut dan menata hidupnya yang porak poranda. Seperti remaja pada umumnya, ia melanjutkan sekolah di sebuah SMU dan bergaul bersama teman-teman sebayanya.
“Sebentar lagi akan hujan,” ujar Alan yang sekarang menjadi penjaganya. Namun sampai kapan pun Johanlah yang menjaga hatinya.
“Ya, kita pergi dari sini,”
THE END

Solo, 14/10/12

Minggu, 14 Oktober 2012

FF : BUKAN AKU ATAUPUN DIA

By. Hana Aina


Kedua pasang mata itu beradu, penuh arti.

"Kebahagiaanku adalah aku berada disisimu saat kau membutuhkanku. Mengusap air matamu saat kau tersedu. Mengangkat beban di pundakmu dan membaginya bersamaku. Hingga kutemukan kembali senyuman manis di bibirmu." Leo mengambil jeda. "Itulah kebahagiaan sejatiku."

Ashy menatap penuh cinta lelaki di depannya. Ingin ia tersenyum, tapi tak mampu. Bibirnya bergetar. Air matanya tumpah. Lalu ia pun tertunduk.

Sedang Leo, hatinya mencelos melihat wanita yang dicintainya tersedu di depannya. Ingin ia merengkuh Ashy, memeluknya, mendekapnya erat di dada.

"Maafkan aku. Aku tak bisa menikah denganmu." Ashy maju selangkah dan menjatuhkan diri di bahu Leo. Ia terus menahan tangisnya, namun tak bisa, saat tangan Leo menariknya lebih rapat, menyatukan sedunya dengan degup jantungnya.

Ashy tercekat. Seketika ia tak mampu bernafas.

"Tak ada yang perlu dimaafkan," kata Leo, mendekap Ashy lebih erat. "Kalau kau tidak menjadi milikku, maka orang lain pun tidak."

Tubuh Ashy berguncang. Sebuah pisau menancap di perutnya. Darah mengalir deras membasahi gaun pengantinnya. Leo menarik pisau itu dari perut Ashy sesaat sebelum tubuh wanita itu terjatuh ke lantai. Sesaat kemudian Leo menancapkan pisau itu ke tubuhnya, menyusul kekasihnya.

THE END

October 1 at 8:41pm

------------------------------------------------------------ 
NOTE : Diposting di group Facebook ISTANA PERI, dalam rangka ulang tahun KaGuRi Maria Ulfa

KERINDUAN


By. Hana Aina

Rindumu adalah mantera
membawaku pada perjalanan tanpa jeda

Dan kau
yang hampir mati dicumbui sepi
dan kerinduan yang menyakitkan
seperti belati yang mengukir perlahan
nama kita pada waktu yang tertahan

Kau, aku dan kita
tak mampu dibedakan

Ah, mungkin ini berlebihan

Hingga kita saling berpaut tangan
meninggalkan sejenak kegundahan
atau mungkin kita saling menguatkan
atas nama rindu yang mematikan

---------------------------------------------------------------------------------
NOTE : Salah satu puisiku di buku antologi Tinta Emas


Sabtu, 13 Oktober 2012

TINTA DALAM CERITA


By. Hana Aina

Aku masih berdiri
menatapmu sendu dengan hati penuh rindu

Ada satu hari yang ku miliki
saat waktu terhenti, meninggalkan jejak rasa pada hati
dan tatap mata itu berkata kepadaku
“usah kau ragu, teruslah melaju”

Dan aku
hanyalah setitik tinta dalam aksara yang terukir
: berkisah dan bercerita
berharap tak akan pernah ada akhir 

---------------------------------------------------------------------------------
NOTE : Satu puisiku di buku antologi Tinta Emas.

CINTA FANA


By. Hana Aina

Teruntuk yang tersayang, menatapmu antara nyata dan impian

Telah ku lantunkan kidung-kidung kesunyian
di antara malam yang merayap dalam keangkuhan
Ia menelan semua aksara dalam diam
agar ku tetap bungkam bersama lara yang terpendam

Ah,
haruskan aku bergegas, berkemas
mengumpulkan nyawaku dalam cawan kerinduan
agar dapat kau nikmati pada akhir perjamuan
semua rasa sebelum sirna
: menelannya
meski pahit menghimpit
terbakar atau pun sakit

Hingga aku terpasung
dalam cinta fana
--------------------------------------------------------------------------------------------

NOTE : Satu puisiku di buku antologi TINTA EMAS